Studi: Lebih dari 100 Spesies Hiu Menghadapi Penurunan Populasi Besar pada Tahun 2100
Tekno & SainsNewsHot
Redaktur: TVRI Jakarta Portal Team

Foto: Shutterstock/Podolnaya Elena

Jakarta, tvrijakartanews - Hiu bertelur di seluruh dunia bisa mengalami penurunan populasi yang besar menjelang akhir abad ini karena meningkatnya pemanasan dan pengasaman laut yang menghancurkan embrio mereka. Hal ini bisa memengaruhi lebih dari 100 spesies hiu.

Temuan ini berdasarkan studi tentang hiu kucing berbintik kecil ( Scyliorhinus canicula), yang ditemukan di Laut Mediterania dan Atlantik timur laut. Hiu ini termasuk dalam sekitar 40 persen hiu yang bereproduksi dengan bertelur di dalam wadah telur dari kulit yang kuat dan berisi embrio. Embrio hiu ini sangat sensitif terhadap perubahan kondisi laut, seperti suhu dan pH. Saat laut menyerap kelebihan karbon dioksida dari atmosfer, laut menjadi lebih hangat dan lebih asam.

Noémie Coulon di Museum Sejarah Alam Nasional Prancis menguji telur hiu kucing dalam berbagai kondisi laut, termasuk perubahan suhu bulanan, di dalam tangki di laboratorium. Coulon dan rekan-rekannya memilih spesies ini karena merupakan salah satu hiu yang paling banyak jumlahnya di Eropa.

Uji coba pertama menurut laporan new scientist menciptakan kondisi air yang akan terlihat dalam skenario iklim "tengah-tengah" dengan kenaikan suhu 2,7°C di atas tingkat pra-industri, dan penurunan pH terkait sebesar 0,2 pada tahun 2100. Skenario kedua – di mana dunia terus bergantung pada bahan bakar fosil, memprediksi kenaikan suhu sebesar 4,4°C dan penurunan pH sebesar 0,4 pada akhir abad ini. Yang ketiga adalah dasar historis, yang menciptakan kembali suhu air dan pH di habitat hiu dari tahun 1995 hingga 2014.

Mereka mensimulasikan kondisi selama empat bulan berikutnya saat embrio berkembang dan menemukan perbedaan dramatis dalam keberhasilan penetasan embrio tergantung pada kondisi eksperimen. Dalam skenario dasar dan skenario tengah, sekitar 82 persen telur berhasil menetas. Namun dalam skenario terhangat, hanya lima dari 45 embrio yang bertahan hidup, kehilangan hampir 90 persen.

"Kami sangat terkejut dengan angka kematian yang tinggi, itu mungkin akan menyebabkan keruntuhan populasi," kata Coulon.

Bahkan periode hangat yang relatif singkat, seperti bulan Agustus yang sangat hangat sudah cukup untuk menyebabkan kegagalan penetasan. Berdasarkan hasil ini, Coulon memperkirakan hiu bertelur lainnya, termasuk spesies yang terancam punah dan rentan seperti anjing pemburu, akan mengalami kerusakan serupa.

Namun, kepunahan mereka belum dapat dipastikan, Coulon mengatakan "Jika kita berupaya menjaga kenaikan suhu hanya sekitar 2 derajat, maka spesies tersebut dapat bertahan hidup," tuturnya.