Resmi Catatkan IPO di BEI, ISEA Targetkan Ekspor ke China dan Eropa
EkonomiNewsHot
Redaktur: TVRI Jakarta Portal Team

PT American Seafood Tbk (ISEA) secara resmi mencatatkan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). (Humas BEI)

Jakarta, tvrijakartanews - PT American Seafood Tbk (ISEA) secara resmi mencatatkan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan tersebut menargetkan dana hasil IPO bisa digunakan untuk memperluas cakupan ekspor perusahaan hingga ke China dan Eropa pada tahun ini.

“Untuk potensi pasar ekspor kami tahun ini membidik peluang ke China dan Eropa,“ kata Direktur Utama ISEA Ibnu Syena Alfitra di Main Hall BEI, Jakarta, Senin (8/7/2024).

Ibnu menambahkan perusahaan telah ekspor produk ke AS, Jepang, dan India. AS berkontribusi paling besar dalam ekspor produk hasil laut ISEA. Dalam pencatatan perdana saham pagi ini, ISEA melepas sebanyak-banyaknya 20,86 persen saham ke publik atau sebesar 290 juta saham baru. Adapun harga IPO yang ditetapkan adalah Rp 224 per saham.

"Pagi Ini, harga saham ISEA melonjak signifikan sebesar 11,2 persen menjadi Rp 278 per saham," ujarnya.

Menurutnya, target dana IPO yang dibidik adalah Rp72,5 miliar. Seluruh dana tersebut akan digunakan untuk modal kerja, seperti pemberliah bahan baku sebesar 90 persen.

"Rinciannya adalah untuk pembelian bahan baku baik bahan baku langsung maupun bahan baku pembantu. Bahan baku langsung mencakup pembelian udang," ungkap Ibnu.

Disamping itu, kata Ibnu, Sedangkan, bahan baku pembantu meliputi, namun tidak terbatas pada, master karton, polybag, tray, tepung, dan bahan tambahan pangan (food additive) dari pemasok yang merupakan pihak penjual perorangan maupun penjual berbentuk badan hukum.

"Selanjutnya, untuk biaya penjualan dan pemasaran sebesar 5 persen, biaya perawatan dan utilitas sebesar 4,8 persen, dan biaya keperluan kantor 0,15 persen," tutur Ibnu.

Ibnu Syena mengungkapkan, prospek sektor perikanan sejauh ini masih menunjukkan potensi yang besar.

"Saat ini memiliki anak usaha yakni PT Indokom Samudra Persada (ISP) yang menjamin ketersediaan bahan baku udang, yang berlokasi sebanyak 32 kolam," tambah Ibnu.

Tidak hanya itu, ISEA memiliki dua pabrik pengolahan udang yang berlokasi di Lampung dengan kapasitas produksi pengolahan udang sebesar 70 ton per hari dan dua fasilitas cold storage dengan kapasitas sebesar 2.700 ton.

"Dengan kapasitas produksi kolam yang masih underutilized, serta mayoritas penggunaan dana IPO yang digunakan untuk penambahan bahan baku, ISP masih memiliki peluang yang besar untuk dapat meningkatkan kapasitas produksi udang vaname secara in-house," jelas Ibnu.

Sementara itu, Direktur Keuangan ISEA Ibnu Surya Ramadhan mengatakan, pemerintah tengah memperkuat sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan dari hulu ke hilir. Seperti mewajibkan sertifikasi Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) yang menjadi kunci untuk meningkatkan daya saing.

"Sejalan dengan program pemerintah, kami tidak hanya hanya memastikan produk sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) tapi juga memenuhi persyaratan negara tujuan," kata Surya.

Menurut Surya, Indonesia memiliki potensi yang besar sebagai negara maritim yang besar dan dukungan program pemerintah untuk menjamin mutu hasil perikanan.

Di sisi lain, dengan kondisi nilai tukar dollar AS yang menguat saat ini, menjadi keuntungan bagi perusahaan mengingat pendapatan segmen ekspor dilakukan dengan mata uang dollar AS.

"Kami juga diuntungkan dengan kondisi nilai tukar dollar AS yang menguat saat ini. Karena pendapatan usaha 98,5 persen berasal dari segmen ekspor, dan biaya operasional dengan rupiah. Dengan kondisi saat ini, kami optimis bisa menjaga kinerja keuangan berkelanjutan kedepannya," pungkas Surya.