Foto: reuters
Jakarta, tvrijakartanews - Republik Demokratik Kongo membebaskan 420 tahanan dari penjara terbesar dan paling padat pada Sabtu 27 Juli, pasca gambar kondisi mengerikan yang diunggah ke media sosial oleh seorang jurnalis yang baru saja dibebaskan memicu kemarahan luas.
Penjara Makala, yang secara resmi dikenal sebagai Centre pénitentiaire et de rééducation de Kinshasa (CPRK), dibangun pada tahun 1957 untuk menampung 1.500 narapidana. Menurut aktivis hak-hak penjara Emmanuel Cole, sekarang penjara tersebut menampung sekitar 15.000 narapidana, dengan sebagian besar berada dalam tahanan praperadilan.
"Apa yang kami lakukan adalah mengamati sejauh mana kami dapat mengurangi kepadatan secara drastis, sehingga memungkinkan kami untuk merenovasi penjara secara menyeluruh, sekaligus membangun penjara lain," kata Cole kepada dikutip dari Reuters (28/07).
Pembebasan hari Sabtu terjadi beberapa minggu setelah mantan jurnalis yang ditahan, Stanis Bujakera, membagikan gambar-gambar tentang kepadatan dan kondisi kehidupan yang buruk di dalam fasilitas tersebut di akun X miliknya. Bujakera, yang bekerja untuk media internasional termasuk Reuters, dibebaskan pada bulan Maret setelah ditahan selama enam bulan atas tuduhan menyebarkan informasi palsu.
Rekaman ponsel yang diambil Bujakera selama berada di tahanan menunjukkan para tahanan kurus kering tidur di lantai sel dan lorong yang penuh sesak, sementara yang lain terlihat minum air langsung dari ember di dekat sumur.
Kepadatan penghuni telah menyebabkan kondisi kesehatan yang buruk. Pada awal tahun 2023, 66 narapidana meninggal hanya dalam waktu dua bulan karena kekurangan gizi, sesak napas, dan kurangnya perawatan medis.
"Para tahanan meninggal setiap hari. Orang-orang di sini menderita seperti yang tidak Anda ketahui," kata Jeff, seorang tahanan yang telah ditahan tanpa diadili selama setahun.
Narapidana lain, Jean Tshibangu, mengatakan kepada Reuters bahwa ia telah berada di Makala selama 17 tahun tanpa diadili.
"Kami makan dengan sangat buruk, semuanya serba salah di sini," katanya.
Pembebasan 420 tahanan merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk mengatasi krisis kelebihan kapasitas. Namun, para kritikus berpendapat bahwa diperlukan perubahan yang lebih sistematis dalam sistem peradilan Kongo untuk mencegah penahanan praperadilan yang berkepanjangan.