Official Trailer "Pengepungan di Bukit Duri" / foto: Poplicist Publicist
Jakarta, tvrijakartanews - Sutradara kenamaan Joko Anwar kembali menyapa pencinta film dengan karya terbarunya, Pengepungan di Bukit Duri (judul internasional: The Siege at Thorn High). Film ini menjadi tonggak sejarah baru bagi industri perfilman Indonesia karena merupakan hasil kolaborasi antara Amazon MGM Studios dan rumah produksi Asia Tenggara, Come and See Pictures.
Sebagai film ke-11 dalam perjalanan karier Joko Anwar, Pengepungan di Bukit Duri menghadirkan genre drama-aksi yang belum pernah ia eksplorasi sebelumnya. Film ini juga menjadi produksi kedua Come and See Pictures setelah Siksa Kubur, yang sukses besar dengan 17 nominasi Piala Citra dan lebih dari 4 juta penonton.
Kisah Seru di Tengah Gejolak Sosial
Film ini membawa isu sosial yang relevan, khususnya terkait meningkatnya kekerasan di kalangan remaja. Mengisahkan perjalanan Edwin (Morgan Oey), seorang pria yang berjanji pada mendiang kakaknya untuk menemukan keponakannya yang hilang. Dalam pencariannya, ia menyamar sebagai guru di SMA Duri, sebuah sekolah yang dihuni anak-anak bermasalah.
Edwin harus menghadapi siswa-siswa paling brutal sambil menjalankan misinya. Ketika akhirnya ia menemukan keponakannya, situasi di kota semakin kacau, kerusuhan meluas, dan mereka terjebak di sekolah, berhadapan dengan sekelompok anak yang kini mengancam nyawa mereka.
Bersama Diana (Hana Pitrashata Malasan), Edwin harus berjuang di tengah tekanan masyarakat yang dilanda konflik rasial dan kekacauan sosial.
Kolaborasi Besar, Tantangan Besar
Menggarap film dengan standar internasional tentu menjadi tantangan tersendiri bagi Joko Anwar. Ia mengungkapkan bahwa proyek ini adalah yang paling menantang sepanjang kariernya.
"Film ini menjadi tantangan terbesar saya selama berkarir di film. Bukan saja secara teknis film ini harus menunjukkan kualitas yang tinggi karena bekerja sama dengan perusahaan film Hollywood legendaris yang punya standar tinggi, tapi ceritanya harus mencerminkan negeri kita saat ini," ujar Joko Anwar dalam pernyataan tertulis yang diterima pada Kamis (30/1/25).
Produser Tia Hasibuan pun menambahkan bahwa film ini bukan hanya untuk penonton, tetapi juga menjadi kesempatan bagi para pemain dan kru untuk berkembang.
"Kami ingin semua yang terlibat dalam film ini, pemain, kru, dan Come and See Pictures naik kelas dengan membuat film yang setara dengan film-film dunia yang berkualitas tinggi," ungkapnya.
Relevan dengan Kondisi Sosial Indonesia
Tema yang diangkat dalam Pengepungan di Bukit Duri menjadi refleksi dari kondisi nyata yang terjadi di masyarakat. Berdasarkan penelitian WHO di 40 negara berkembang, sekitar 42% anak laki-laki dan 37% anak perempuan mengalami perundungan. Di Indonesia sendiri, laporan Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja (SNPHAR) 2024 mencatat bahwa 50,78% anak usia 13-17 tahun pernah mengalami satu atau lebih bentuk kekerasan sepanjang hidupnya.
Melalui film ini, Joko Anwar tidak hanya menghadirkan hiburan berkualitas, tetapi juga ingin membuka mata masyarakat terhadap permasalahan sosial yang harus segera ditangani.
Dengan deretan aktor berbakat seperti Morgan Oey, Omara Esteghlal, dan Hana Pitrashata Malasan, serta dukungan dari studio besar Hollywood, film ini siap menjadi tontonan yang menghibur sekaligus bermakna.
Pengepungan di Bukit Duri akan tayang di bioskop Indonesia mulai 17 April 2025. Jangan lewatkan kisah penuh ketegangan ini di layar lebar!