Deputi Gubernur BI Juda Agung. (Tangkap layar akun YouTube Bank Indonesia)
Jakarta, tvrijakartanews - Deputi Gubernur BI Juda Agung mengatakan lanskap sistem keuangan global mengalami evolusi signifikan, utamanya bersumber dari pesatnya kemajuan digitalisasi dan transisi keuangan hijau yang mempengaruhi model bisnis perbankan.
"Sekaligus menawarkan potensi yang besar, namun di sisi lain dapat menimbulkan kerentanan yang berdampak pada stabilitas sistem keuangan," kata Juda di Jakarta, Senin (2/9/2024).
Juda mengatakan perkembangan tersebut menuntut adaptasi respons kebijakan dan praktik pengawasan secara tepat dan efektif. Sedangkan dari aspek digitalisasi sektor keuangan.
"Regulator perlu mendorong inovasi dengan tetap memastikan pengelolaan risiko secara memadai, termasuk yang bersumber dari keamanan siber," ujarnya.
Menurutnya, dalam upaya transisi keuangan hijau, regulator perlu mengambil inisiatif untuk mendukung transisi di sektor keuangan.
"Salah satunya melalui kolaborasi bersama sektor industri, pengungkapan dan pelaporan berkelanjutan, penyediaan data, dan penguatan sinergi antar otoritas keuangan," tuturnya.
Diskusi dalam forum EMEAP WGBS juga mengulas pentingnya memahami dan menerapkan intelijen risiko siber yang efektif untuk menjaga sistem keuangan dan memastikan ketahanan operasional.
Dalam hal ini, kata Juda, pihaknya telah mengembangkan kerangka keamanan dan ketahanan siber yang didasarkan pada tiga pilar yaitu tata kelola, pencegahan, dan penanganan. Kerangka kerja tersebut berfungsi sebagai pedoman bagi sektor keuangan, menetapkan standar minimum yang seragam untuk mencegah serangan siber.
"Pilar-pilar ini didukung oleh pengawasan dan kolaborasi yang berkelanjutan untuk memastikan bahwa setiap kerentanan dalam sistem sektor keuangan dapat diidentifikasi dan ditangani secepatnya," pungkasnya.