
Seorang anak butuh bantuan untuk rawat ayahnya
NTB, tvrijakartanews - Di tengah gubuk sederhana di Desa Banyu Urip, Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), terdapat kisah seorang bocah berusia 10 tahun, Alika Rahmatul Aini. Alika, yang masih duduk di bangku kelas 4 SD, menjalani kehidupan yang penuh tantangan setelah kehilangan ibunya dan harus merawat ayahnya, Andi (38 tahun), yang menderita kanker kelenjar getah bening.
“Setiap hari, saya bangun pagi-pagi untuk siapkan keperluan ayah. Saya urus semua kebutuhan ayah, mulai dari memberi makan, ganti pakaian, hingga memandikan. Meski berat, saya tulus. Saya ingin ayah cepat sembuh," tutur Alika, Selasa,3 September 2024.
Selain mengurus ayahnya, Alika tetap bersekolah dan mengisi waktu luangnya dengan berjualan keliling untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Kehidupan Alika dan ayahnya bergantung pada bantuan dari tetangga, dermawan, dan lembaga sosial yang peduli dengan kondisi mereka.
Sementara itu Kepala Desa Banyu Urip, Selamat, menyatakan pihak pemerintah desa telah berupaya untuk membujuk Andi agar mendapatkan perawatan medis yang lebih intensif di rumah sakit. Namun, Andi enggan meninggalkan Alika sendirian di rumah, terutama dengan kondisi ekonomi yang sulit dan keterbatasan biaya.
"Kami memahami kekhawatiran Andi. Pemerintah desa sedang mencari solusi agar Andi bisa mendapatkan perawatan yang layak tanpa meninggalkan Alika," jelas Selamat.
Sejak setahun terakhir, Alika menggantikan peran ibunya sebagai pengasuh ayahnya. Seperti memberi makan, mengganti pakaian, dan memandikan Andi. Meskipun usianya masih muda, Alika menunjukkan ketahanan dan dedikasi yang luar biasa dalam merawat ayahnya.
Kondisi ekonomi keluarga yang memprihatinkan membuat Alika harus berjuang lebih keras. Di samping tanggung jawab di rumah, dia juga harus membagi waktu untuk bersekolah dan berjualan keliling demi memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.
“Kehidupan sehari-hari mereka sangat bergantung pada dukungan tetangga, dermawan, dan lembaga sosial,” kata Selamat.
Di tengah segala keterbatasannya, Alika tetap bersemangat menjalani hidup. Ia bercita-cita menjadi seorang dokter agar dapat membantu banyak orang, termasuk ayahnya.
“Situasi ini seharusnya menjadi perhatian serius bagi pemerintah dan berbagai pihak untuk memberikan bantuan yang diperlukan, baik untuk keberlanjutan pendidikan Alika maupun perawatan medis ayahnya,” tutup Selamat.