Dalam rangka mendukung dunia usaha dalam mencapai target emisi nol bersih. (Humas EBTKE)
Jakarta, tvrijakartanews - Direktur Jenderal EBTKE Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Eniya Listiani Dewi, mengatakan pentingnya transisi EBT untuk mendukung tercapainya target emisi nol bersih pada tahun 2060 mendatang. EBT berperan penting dalam menciptakan peluang investasi baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
"Indonesia memerlukan investasi sebesar 55 Miliar Dollar AS dalam 5 tahun mendatang. Bahkan dalam setahun kedepan, Indonesia membutuhkan investasi sebesar 14 Miliar Dollar AS," kata Eniya dalam kterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (8/9/2024).
Eniya mengatakan pihaknya mengajak seluruh pelaku usaha Kadin untuk mengambil peluuang besar dari transisi EBT.
"Kami mengajak para pelaku usaha Kadin untuk mengambil peluang besar dari transisi EBT dan berkolaborasi dengan pemerintah untuk mencapai target emisi nol bersih pada tahun 2060," ujar Eniya.
Sementara itu, Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Bappenas, Ervan Maksum, juga menyatakan bahwa pemerintah berkomitmen untuk melakukan pemetaan komprehensif terhadap seluruh sektor guna mencapai target emisi nol bersih. Pemetaan ini akan menjadi landasan kuat dalam merumuskan kebijakan dan strategi yang tepat sasaran untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan.
"Pemetaan ini diselaraskan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Melalui pemetaan sektor yang menyeluruh, kita dapat mengidentifikasi peluang investasi di sektor energi bersih, mendorong inovasi teknologi, dan menciptakan lapangan kerja baru. Ini merupakan langkah strategis untuk membangun Indonesia yang lebih berkelanjutan," ujar Ervan.
CEO PT. Samator Indo Gas Tbk, sekaligus Anggota Pokja Transisi Energi Kadin, Rachmat Harsono juga menekankan pentingnya kolaborasi pemerintah dan pelaku usaha dalam mendorong transisi energi.
"Saya berharap pemerintah dapat memberikan insentif yang lebih menarik untuk mendorong partisipasi aktif pelaku usaha nasional," kata Rachmat.
Menurut Rachmat, transisi energi membutuhkan upaya kolektif dan sinergis dari seluruh pemangku kepentingan mulai dari pemerintah, lembaga keuangan, pelaku usaha, hingga kampus.
"Adanya kolaborasi dan dukungan ini dapat memperkuat peran pelaku usaha nasional dalam transisi energi," ucapnya.
Dia mencontohkan yaitu adanya kerjasama dengan pihak universitas untuk Riset and Development, juga adanya insentif yang tepat dari pemerintah dimana dapat menjadi katalisator.
"Bagi pelaku usaha nasional untuk berinvestasi lebih besar di sektor energi terbarukan. Sinergi ini tentunya akan memperkuat ketahanan energi nasional,” ucap Rachmat.
Sebagai tambahan, dalam sesi ini juga diisi oleh Komisi VII DPR RI Dyah Roro Esti Widya Putri, Rektor Universitas Pertahanan LT. Gen. (Ret) Jonni Mahroza, Presiden Direktur & CEO PT ESSA Industries Indonesia Tbk Kanishk Laroya, dan Kepala Rumah Perancangan Aksi Transisi Energi Indonesia Rumah PATEN Edo Mahendra.
Oleh karena itu, adanya kehadiran berbagai pemangku kepentingan dalam sesi ini diharapkan dapat melahirkan sinergi yang mendorong lahirnya inovasi dan solusi yang lebih konkret untuk percepatan transisi energi, sehingga target bauran energi baru dan terbarukan sebesar 23% pada tahun 2025 dapat tercapai dengan lebih cepat.