IHK AS Mereda, Rupiah Ditutup Terosot 37 Poin
EkonomiNewsHot
Redaktur: TVRI Jakarta Portal Team

Ilustrasi rupiah. (Freepik)

Jakarta, tvrijakartanews - Nilai tukar rupiah ditutup melemah 37 poin atau 0,24 persen terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pelemahan rupiah disebabkan data inflasi indeks harga konsumen inti terbaca lebih tinggi dari yang diharapkan untuk bulan Agustus.

Dikutip data Bloomberg, rupiah melemah 37 poin atau 0,24 persen di level Rp15.439 per dolar AS. Sedangkan data Yahoo Finance 30 poin atau 0,19 persen di level Rp15.425 per dolar AS.

"Sementara inflasi IHK utama masih mereda, pembacaan inti menunjukkan bahwa inflasi mungkin terbukti lebih kuat dari yang diharapkan sebelumnya, yang mengharuskan pemotongan suku bunga yang lebih kecil dari Fed," kata Ibrahim di Jakarta, Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Kamis (12/9/2024).

Ibrahim mengatakan taruhan bahwa bank sentral akan memangkas suku bunga hanya sebesar 25 basis poin ketika bertemu minggu depan tumbuh secara substansial setelah data Rabu.

"Sedangkan taruhan pada pemotongan 50 bps berkurang lebih dari setengahnya, CME Fedwatch menunjukkan," ujarnya.

Namun sebelum pertemuan Fed minggu depan, kata Ibrahim, fokusnya adalah pada data inflasi indeks harga produsen yang akan dirilis pada Kamis malam, untuk isyarat lebih lanjut tentang inflasi.

"Prospek pemotongan suku bunga yang lebih kecil menjadi pertanda buruk bagi mata uang yang melawan dolar AS, mengingat skenario seperti itu menandakan kondisi moneter AS yang lebih ketat untuk waktu yang lebih lama," jelasnya.

Selain itu, investor menunggu keputusan suku bunga Bank Sentral Eropa yang akan diumumkan hari ini. ECB akan bertemu pada pukul 12.15 GMT pada hari Kamis, di mana secara luas diharapkan akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin.

Pasar akan lebih fokus pada komentar Presiden ECB Christine Lagarde, yang akan dirilis pada pukul 12.45 GMT, untuk mengonfirmasi apakah suku bunga lebih lanjut akan menyusul pada bulan Oktober dan Desember.

Dari dalam negeri, Ibrahim menjelaskan satu bulan lagi Prabowo-Gibran akan segera di lantik untuk menjadi Presiden dan wakil presiden. Periode pemerintahan Prabowo-Gibran akan mendapat tantangan yang berat ditengah situasi geopolitik yang terus memanas.

"Terutama di kawasan Timur Tengah dan Eropa tidak menunjukkan tanda-tanda reda hingga menjelang pelantikan Prabowo-Gibran sebagai Presiden dan Wakil Presiden terpilih periode 2024-2029," tambahnya.

Ibrahim menambahkan pemerintah harus memiliki terobosan dalam membuat kebijakan ekonom yang cermat dan terukur serta mampu merespons setiap dinamika global ini dengan kebijakan yang cerdas dan efektif, demi menjaga kepentingan nasional.

"Tensi geopolitik berimbas pada lonjakan harga minyak dunia, yang memperburuk tekanan inflasi global," tuturnya.

Dikatakan Ibrahim, bank sentral negara-negara maju pun enggan menurunkan suku bunga, menambah ketidakpastian ekonomi global yang berpengaruh pada negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Kemudian, Cina sebagai salah satu mitra dagang terbesar Indonesia mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi. Hal ini mempengaruhi ekspor Indonesia lantaran dapat menekan sektor perdagangan luar negeri yang selama ini menjadi salah satu motor penggerak ekonomi nasional.

Hal tersebut harus dilakukan Pemerintahan baru demi terciptanya sistem ekonomi Pancasila dan Indonesia 2045 yang menjadi salah satu visi-misi utama saat berkampanye beberapa waktu lalu.

Demi terwujudnya ekonomi Pancasila dan Indonesia Emas 2045, maka targetnya adalah pertumbuhan ekonomi yang stabil di atas 6 persen per tahun, dengan fokus pada pengembangan infrastruktur, pendidikan, dan Kesehatan.