
Ilustrasi rupiah. (freepik)
Jakarta, tvrijakartanews - Nilai tukar rupiah ditutup menguat 18,5 poin atau 0,12 persen terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Penguatan rupiah dipengaruhi aktivitas bisnis AS stabil pada bulan September, tetapi harga rata-rata yang dibebankan untuk barang dan jasa naik.
Dikutip data Bloomberg, rupiah menguat 18,5 poin atau 0,12 persen di level Rp15.187 per dolar AS. Sedangkan data Yahoo Finance menguat 14 poin atau 0,09 persen di level Rp15.180 dolar AS.
"Pada laju tercepat dalam enam bulan, yang mungkin menunjukkan percepatan inflasi dalam beberapa bulan mendatang," kata Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (24/9/2024).
Ibrahim mengatakan data tersebut muncul setelah Federal Reserve memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin minggu lalu, yang mana beberapa pejabat berkomentar pada hari Senin bahwa langkah tersebut dimaksudkan untuk mempertahankan keseimbangan yang baru muncul dan sehat dalam perekonomian.
Menurut Ibrahim, S&P Global mengatakan Indeks Output PMI Gabungan AS, yang melacak sektor manufaktur dan jasa, sedikit berubah pada 54,4 bulan ini.
"Dibandingkan dengan angka akhir 54,6 pada bulan Agustus, dengan pembacaan di atas 50 menandakan ekspansi," ujarnya.
Kondisi dalam negeri, Ibrahim menuturkan pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonom pada kuartal ketiga 2024 tetap stabil, akibat terjadi pemangkasan suku bunga BI Rate serta Fed Fund Rate (FFR), pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 5,06 persen secara tahunan atau year on year (YoY).
"Proyeksi tersebut cenderung stabil dari realisasi kuartal kedua 2024 yang sebesar 5,05 persen YoY. Di tengah perkembangan global yang terus dinamis," tuturnya.
Sejalan dengan kebijakan bank sentral Amerika Serikat, The Fed, Ibrahim menuturkan yang melakukan pemangkasan FFR sebesar 50 basis poin (bps) pada pekan lalu. Pada saat yang sama, Bank Indonesia mengambil langkah lebih dahulu dari pada The Fed, dengan pemangkasan 25 bps.
"Kita harap dengan tadi perkembangan FFR yang menurun, akan terus memberikan momentum positif bagi perekonomian Indonesia," ujarnya.
Menurut Ibrahim, sementara itu, ketidakpastian atau volatilitas di pasar keuangan mulai menunjukkan penurunan dan semakin membaik. Di mana aliran modal mulai masuk ke pasar saham dan Surat Berharga Negara (SBN).
"Meski arah kebijakan moneter di negara maju, utamanya AS menunjukkan soft landing, Sri Mulyani tetap akan mewaspadai kondisi geopolitik, termasuk perkembangan Pemilu di AS yang akan menenutkan arah kebijakan," ucapnya.
Adapun, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen pada akhir tahun 2024. Sementara secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi sepanjang semester pertama lalu berada di angka 5,08 persen.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) melihat seiring dengan mulai berlangsungnya pemangkasan suku bunga acuan, ekonomi mampu tumbuh tetap berada pada rentang 4,7 persen hingga 5,5 persen, dengan nilai tengah di angka 5,1 persen.
Ibrahim memperkirakan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp15.130 hingga Rp15.230.