Terancam Punah: Para Ilmuwan Berupaya Kembalikan Katak Chili ke Habitat Gurun Atacama
Tekno & SainsNewsHot
Redaktur: Crypto Hermawan

Sumber: reuters (Codelco)

Jakarta, tvrijakartanews - Sepuluh katak dari spesies yang terancam punah dipindahkan ke pusat pelestarian di Chili utara. Tindakan ini sebagai langkah pertama untuk mengembalikan mereka ke habitat alaminya di sebuah sungai di Gurun Atacama.

Katak Loa, yang dinamai berdasarkan sungai yang mengalir melalui wilayah pertambangan Tarapacá dan Antofagasta, terancam punah pada tahun 2019 karena kekeringan parah. Namun, para ilmuwan berhasil menemukan beberapa spesimen dan memindahkannya ke Kebun Binatang Santiago Parquemet.

“Kami tengah berupaya memulihkan habitat katak Loa. Jika habitatnya tidak dipulihkan, katak-katak itu kemungkinan akan punah dan hanya hidup di laboratorium. Oleh karena itu, penting untuk mengambil tindakan guna memulihkan habitatnya,” ungkap Osvaldo Cabeza, seorang ahli herpetologi di kebun binatang Parquemet.

Lima tahun kemudian, spesimen yang dipulihkan dipindahkan ke Pusat Keanekaragaman Hayati dan Konservasi Loa pada bulan Oktober. Langkah ini sebagai bagian dari program yang dijalankan oleh perusahaan pertambangan tembaga milik negara Codelco.

“Kita perlu memikirkan industri pertambangan yang peduli terhadap perlindungan lingkungan dan bertanggung jawab atas dampak aktivitas kita terhadap lingkungan. Jadi pertambangan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan, pertambangan yang dapat tetap berada di wilayahnya dan hidup bersama dengan penduduknya dengan cara yang ramah," kata ketua codelco, Maximo Pacheco.

Katak-katak tersebut diangkut dengan pesawat dari Santiago ke Calama dalam kontainer. Program ini sekarang akan difokuskan pada peningkatan populasi dan memperkenalkan kembali katak ke habitat alami mereka setelah ekosistem pulih.

“Katak adalah hewan yang mampu bertahan hidup. Ia telah terbukti tangguh dalam menghadapi semua kondisi sulit yang pernah dihadapinya. Jadi menurut saya, proyek ini memberikan harapan,” tutur koordinator di pusat keanekaragaman hayati dan konservasi loa, Francisca Olivia.