Jakarta, tvrijakartanews - Sistem lutut dan pergelangan kaki bionik yang dikembangkan oleh Istituto Italiano di Tecnologia (IIT) baru-baru ini memenangkan salah satu hadiah utama di Cybathlon, sebuah kompetisi untuk memamerkan teknologi bagi mereka yang memiliki disabilitas motorik.

Disebut Omnia, dan memulai debutnya di Cybathlon, sistem bionik terdiri dari dua komponen utama, Unico (lutut) dan Armonico (pergelangan kaki), keduanya bermotor.

Lutut Unico menggabungkan teknologi hidrolik dan elektrik untuk menangani berbagai situasi dan medan. Sistem hidrolik utamanya digunakan untuk berjalan datar atau menuruni lereng, sehingga menghasilkan gerakan yang halus dan hemat energi. Sebaliknya, teknologi elektrik, yang didukung oleh sistem yang dipatenkan, menawarkan bantuan aktif selama melakukan tugas seperti menaiki tangga atau berdiri dari posisi duduk.

Pergelangan kaki Armonico, dilansir dari reuters (28/11), dilengkapi mekanisme sekrup inovatif yang mengurangi benturan tumit dan mencegah tersandung, memberikan kenyamanan dan stabilitas yang lebih baik.

"Berkat sensor yang ada pada sistem, perangkat prostetik ini mampu beradaptasi saat pasien berjalan, sehingga transisi dapat dilakukan dengan lebih lancar dan mengurangi risiko pasien tersandung," jelas Samuele De Giuseppe dari Rehab Technologies Lab.

Komponen lutut dan pergelangan kaki saling berkomunikasi, menyesuaikan parameter untuk kinerja optimal di berbagai tugas. Transisi antara mode hidrolik dan elektrik terjadi secara otomatis, berkat algoritma canggih yang diterapkan.

Para peneliti IIT kini tengah menyempurnakan prototipe Omnia di laboratorium sebelum bekerja sama dengan mitra untuk memasarkannya. Bersaing di Cybathlon, pilot Omnia Andrea Modica menyelesaikan sembilan dari sepuluh tugas dalam waktu kurang dari tiga menit, menunjukkan fungsionalitas sistem dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.

Diketahui, Cybathlon diadakan pada tanggal 25-27 Oktober dan diselenggarakan oleh ETH Zurich. Sebanyak 67 tim global berkompetisi dalam delapan kategori. Kategori-kategori tersebut, berdasarkan pada disabilitas pilot dan teknologi yang digunakan, diuji di arena balap yang meniru aktivitas kehidupan sehari-hari.