Jejak Nilai Spiritualitas Dalam Gerakan Seni Tari Modern Banten
FeatureNewsHot
Redaktur: Citra Sandy Anastasia

Foto : Dokumentasi Isty/TVRI. Siswa tari di Sanggar Bina Tari Reksa Budaya memperagakan tarian Walijamaliha.

Tangerang, tvrijakartanews - Provinsi Banten merupakan salah satu provinsi yang tergolong baru berdiri. Meskipun baru berusia 24 tahun, namun tradisi dan kebudayaan yang dimilikinya sudah ditemukan sejak belasan abad lalu, terutama pada masa kejayaann Kesultanan Banten. Salah satu yang masih lestari hingga saat ini adalah seni tari. Meskipun sudah dipadukan dengan sentuhan modern, namun jejak tradisi keagamaan yang telah mengakar pada warga Banten tidak hilang begitu saja.

Pemilik Sanggar Bina Seni Tari Raksa Budaya, Maya Rani Wulan mengatakan bahwa seni tari di Banten tidak hanya menjadi bentuk hiburan, tetapi juga cerminan nilai-nilai tradisional, spiritualitas, dan perjalanan sejarah masyarakatnya. Sebagai pencipta gerakan tari modern, Maya banyak terinspirasi dari tradisi keagamaan seperti Rudat, yang merupakan kesenian yang tumbuh di lingkungan pesantren.

"Banyak dari gerakan-gerakan tari modern terinspirasi dari tradisi yang sudah ada. Misalnya dari gerakan debus, rudat, pencak silat, meskipun ada juga yang terinspirasi dari gerakan hewan dan akhirnya disatukan dalam gerakan tari modern," ujar Maya, Senin (23/12/2024).

Banyak faktor mengapa gerakan tari modern di Banten umumnya terinspirasi dari tradisi keagamaan. Salah satunya karena Banten pernah menjadi pusat peradaban Islam pada abad ke-16. Saat itu, kesenian musik maupun tari dipengaruhi nilai-nilai agama Islam. Sebelumnya, kesenian di Banten erat dengan kepercayaan lokal dan mengalami pergeseran fungsi setelah islam datang. Seni tari pada masa Kesultanan Banten digunakan untuk keperluan acara besar seperti upacara penobatan sultan, penyambutan tamu kehormatan, dan perayaan keagamaan.

"Kalau sekarang tarian yang punya unsur magis mungkin tidak ada, kalaupun ada itu Debus yang masuk ke seni beladiri. Memang sudah terjadi pergeseran fungsi dimana saat ini tarian lebih sering digunakan untuk menyambut tamu dan hiburan saja," lanjut Maya.

Seni tari tentu melibatkan seni musik untuk menambah keindahan gerakan. Aransemen musik yang digunakan pun masih menggunakan alat musik yang lekat dengan budaya islam. Maya sendiri sering menggabungkan irama musik tradisional yang dipengaruhi budaya Timur Tengah seperti rebana. Kemudian diselipkan juga irama puji-pujian yang sering dilakukan para santri.

"Musiknya beda-beda, setiap tarian punya aransemen musik pengiring yang berbeda. Kebanyakan terinspirasi dari kesenian lama, seperti rampak bedug, rudat, dan banyak lagi yang jadi inspirasi untuk musik pengiring tari," lanjut Maya.

Meskipun mengalami kesulitan mempertahankan eksitensi seni tari di era modern, namun jumlah siswa tari di Sanggar Bina Tari Reksa Budaya tak pernah sedikit. Setidaknya 100 hingga 150 orang berlatih seni tari di sanggar tersebut. Beragam upaya juga ditempuh agar eksitensi seni tari terus ada di tanah para jawara.

"Upaya melestarikan seni tari itu sudah lama dilakukan, termasuk dengan mengajarkan ke anak-anak sekolah. Kemudian juga seni tari sering dilibatkan dalam kegiatan pemerintahan, termasuk memyambut tamu negara," tutupnya.