Prediksi Cuaca Ekstrem Selama Periode Nataru, Bandara Soekarno Hatta Masuk Perhatian Khusus
NewsHot
Redaktur: Heru Sulistyono

Foto : Dokumentasi Isty/TVRI. Aktivitas angkut barang bawaan penumpang ke pesawat di Bandara Soetta.

Tangerang, tvrijakartanews - Cuaca ekstrem diprediksi bakal terjadi sepanjang periode mudik Natal 2024 dan Tahun Baru 2025. Hal ini juga mempengaruhi pengawasan lalu lintas pergerakan pesawat karena tingginya resiko akibat cuaca buruk. Oleh karena itu, AirNav Indonesia memberi perhatian khusus terhadap pergerakan pesawat di Bandara Soekarno Hatta.

Kepala Divisi Pengendalian Operasi Layanan Navigasi Penerbangan AirNav Indonesia, Muji Subagyo mengatakan bahwa seluruh bandara memiliki resiko tinggi saat terjadi cuaca ekstrem. Namun beberapa bandara perlu mendapat perhatian khusus, karena padatnya jadwal penerbangan seperti yang terjadi di Bandara Soekarno Hatta.

"Hampir di seluruh bandar udara soal resiko cuaca ekstem, ada Papua, Kalimantan, Sumatrera. Namun, ada beberapa bandara yang jadi perhatian khusus, ada Jakarta yakni , Yogyakarta dan Ngurah Rai, Bali," katanya, Sabtu, 21 Desember 2024.

AirNav juga telah berkoodinasi dengan BMKG untuk memastikan dan memperbarui informasi mengenai prediksi cuaca buruk yang akan terjadi. Selain itu, potensi bencana lainnya juga telah diantisipasi seperti erupsi gunung berapi melalui koordinasi dengan Volcanic Ash Advisory Centre (VAAC) Darwin, serta Layanan prakiraan cuaca di Australia

"Bukan hanya dengan BMKG, untuk bencana tersebut kita juga kerjasama dengan VAAC. Jadi begitu,gunung erupsi, langsung keluar prediksi abu vulkanik selama 6 jam, seperti dimana sebarannya, dibawa kemana, angin arah kemana dan bandara mana yang terdampak, dan itu yang kami publikasi," ungkapnya.

Sementara itu diketahui bahwa AirNav Indonesia telah membuka posko monitoring dari tanggal 18 Desember 2024 hingga 5 Januari 2025, di 56 Bandara dan 1 di Kementerian Perhubungan. AirNav bersama stakeholder aviasi seperti Otoritas Bandara, Angkasa Pura Indonesia, BMKG dan lainnya, telah menyiapkan dukungan prosedur kontingensi dan kewaspadaan, untuk mengantisipasi keadaan darurat seperti cuaca ekstrim, letusan gunung berapi, hingga gangguan operasional maskapai dan bandara yang mengakibatkan penundaan dan pengalihan penerbangan.