Pertanda Nyeri Punggung Bisa Jadi Masalah Serius, Ini Perbedaannya
FeatureNewsHot
Redaktur: Maryanto PM

Dokumentasi Istimewa. Ilustrasi nyeri pada punggung

Tangerang, tvrijakartanews - Keluhan nyeri pinggang adalah salah satu masalah kesehatan yang umum dialami banyak orang, baik usia muda maupun lanjut usia. Penyebabnya beragam, mulai dari aktivitas fisik berlebih hingga postur tubuh yang buruk. Menurut data, 70 persen penyebab nyeri pinggang berkaitan dengan ketegangan otot.

Dokter Spesialis Ortopedi & Traumatologi-Konsultan Tulang Belakang di Eka Hospital BSD, Harmantya Mahadhipta, menyebutkan bahwa sebagian besar keluhan nyeri pinggang dapat sembuh dengan sendirinya tanpa memerlukan tindakan serius. Namun, ia mengingatkan bahwa nyeri pinggang yang disertai gejala lain atau terjadi secara berulang perlu diwaspadai.

"Nyeri pinggang umumnya tidak selalu menjadi tanda penyakit serius. Tetapi, jika disertai gejala lain seperti kesemutan atau kelemahan di kaki, hal itu bisa menjadi indikasi masalah serius yang perlu segera ditangani," ungkap Harmantya pada Sabtu (18/1/2025).

Salah satu penyebab utama nyeri pinggang adalah gangguan pada tulang belakang, terutama di area lumbar. Gangguan ini sering menyebabkan nyeri punggung bawah, kesulitan bergerak, hingga rasa kebas atau kelemahan di kaki. Menurut Harmantya, penanganan pada masalah tulang belakang tidak selalu memerlukan operasi.

"Operasi adalah pilihan terakhir. Sebelum itu, bisa dilakukan terapi obat, fisioterapi, atau metode lain yang lebih konservatif," jelasnya.

Ia juga menambahkan bahwa tinggi badan seseorang dapat menjadi faktor risiko gangguan tulang belakang. Sementara itu, faktor risiko yang bisa diubah meliputi berat badan, aktivitas fisik, dan postur tubuh. Obesitas, pekerjaan fisik berat, posisi duduk yang statis dalam waktu lama, serta penggunaan alat dengan getaran tinggi dapat meningkatkan risiko gangguan tulang belakang.

"Semakin tinggi seseorang, semakin besar risiko terkena gangguan tulang belakang. Ini termasuk faktor risiko yang tidak bisa diubah, seperti genetik dan jenis kelamin laki-laki," katanya.

Untuk pasien yang tidak lagi bisa ditangani dengan terapi konservatif, sebuah teknologi berupa prosedur Lumbar Disc Replacement (LDR) bisa ditempuh. Metode ini dirancang untuk menggantikan cakram tulang belakang yang rusak dengan implan buatan, tanpa mengorbankan mobilitas alami tulang belakang.

"LDR memungkinkan pasien tetap memiliki rentang gerak normal setelah operasi. Berbeda dengan metode fusi tulang belakang, yang membatasi gerakan, LDR justru mempertahankan fleksibilitas tulang," jelasnya.

Keunggulan prosedur ini meliputi pemulihan nyeri yang lebih cepat dan penurunan risiko kerusakan cakram lain di tulang belakang. Meski demikian, LDR hanya cocok bagi pasien dengan usia di bawah 60 tahun dan tanpa riwayat osteoporosis.

Dengan teknologi seperti LDR, pasien yang menderita gangguan tulang belakang kini memiliki pilihan perawatan yang lebih efektif dan nyaman untuk mengembalikan kualitas hidup mereka.