Mengenal Bazi, Seni Memahami Takdir Melalui Metafisika Tionghoa
FeatureNewsHot
Redaktur: Maryanto PM

Foto : Dokumentasi Isty/TVRI. Workshop belajar seni bazi banyak diminati masyarakat.

Tangerang, tvrijakartanews - Menjelang perayaan tahun baru Imlek, banyak masyarakat yang mencari peruntungan lewat Bazi. Melalui tanggal lahir, tak sedikit masyarakat tionghoa yang mencari tahu peruntungan mereka dalah hal keuangan, kesehatan, bahkan sosial.

Bazi sering juga disebut Pa Ce, adalah seni kuno dalam budaya dan metafisika Tionghoa yang membantu orang memahami takdir dan keberuntungan mereka. Memiliki arti empat pilar takdir, bazi sendiri menggunakan informasi kelahiran seseorang, yang mencakup tahun, bulan, hari, dan jam, untuk mengevaluasi karakter, potensi, dan kesulitan yang mereka hadapi dalam hidup mereka.

Seorang praktisi bazi, Sari Musdar mengarakan bahwa di Indonesia banyak yang menggunakan bazi untuk urusan bisnis dan profesional yang mencari kejelasan dalam hubungan pribadi dan profesional. Dia juga kerap menggelar workshop cara melihat peruntungan melalui seni Bazi.

"Bazi memberikan wawasan yang dapat digunakan untuk strategi hidup, pengambilan keputusan, dan bahkan untuk memilih teman bisnis dengan melihat bagaimana elemen seperti kayu, api, tanah, logam, dan air berinteraksi satu sama lain," ujar Sari, Minggu (19/1/2025).

Sari juga mengatakan bahwa dalam kalender cina, tahun ini merupakan Tahun Ular Kayu. Menurutnya, energi yang dibawa ular kayu tergolong unik sehingga penuh potensi untuk pertumbuhan dan transformasi.

"Pasar yang sebelumnya inklusif akan berubah menjadi lebih eksklusif atau mengalami perubahan yang signifikan. Karakteristik tahun ini menuntut kita untuk lebih berusaha dalam hal market," kata Sari.

Sari juga memperkirakan bahwa semester pertama dari tahun 2025 akan penuh dengan dinamika dan ketidakstabilan, yang mengharuskan orang dan perusahaan untuk menjadi adaptif dan siap dengan perubahan yang cepat.

Sektor seperti real estate, perawatan kesehatan, edukasi, internet, pakaian, dan perkebunan diperkirakan berkembang baik, sementara perbankan, asuransi, logistik, pariwisata, dan otomotif mungkin menghadapi tantangan.

“Pemerintah kemungkinan akan mengeluarkan kebijakan yang memicu protes, dan akan ada pertemanan baru antara negara-negara. Dua negara mungkin akan berkolaborasi mencari solusi untuk isu internasional atau regional, meski hasilnya tidak signifikan. Banyak pekerja seni dan seniman mungkin muncul, memicu konflik hak kekayaan intelektual dengan perusahaan,” terang Sari.