Kementerian P2MI Desak Pemerintah Malaysia Usut Penembakan 5 Pekerja Migran Indonesia 
NewsHot
Redaktur: Heru Sulistyono

Wakil Menteri P2MI, Christina Aryani. Foto Istimewa

Jakarta, tvrijakartanews - Kementerian Perlindungan Pekerjaan Migran Indonesia (P2MI) mengecam penembakan yang dilakukan Agensi Penguatkuasa Maritim Malaysia (APPM) terhadap lima pekerja migran Indonesia (PMI) di Perairan Tanjung Rhu, Malaysia. Wakil Menteri P2MI, Christina Aryani, mendesak agar pemerintah Malaysia mengusut kasus tersebut.

"Kementerian P2MI mendesak pemerintah Malaysia melakukan pengusutan terhadap peristiwa ini dan juga mengambil tindakan tegas terhadap aparat patroli atau petugas patroli bila mana terbukti melakukan tindakan penggunaan kekuatan secara berlebihan atau excessive use of force," kata Christina di Jakarta, dikutip Senin (27/1/2025).

Christina mengatakan, Kementerian P2MI juga terus berkoordinasi dengan pihak medis untuk menangani korban yang masih kritis. Pihaknya juga memberikan dukungan kepada keluarga korban meninggal, termasuk bantuan hukum dan pemulangan jenazah. 

"Saat ini kami tengah menelusuri asal daerah dari para pekerja migran ini untuk selanjutnya bisa dilakukan pendampingan kepada keluarga juga," ujarnya.

Christina menegaskan, Kementerian P2MI akan mendorong pertemuan dengan Pemerintah Malaysia untuk membahas peristiwa tersebut, termasuk langkah-langkah pencegahan agar insiden serupa tidak terulang di kemudian hari. Selain itu, Kementerian P2MI juga ingin membahas mekanisme penanganan pekerja migran Indonesia agar bisa diperlakukan secara manusiawi terlepas dari status mereka yang unprocedural atau ilegal. 

"Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia menyatakan negara sentiasa hadir memperhatikan, melindungi, serta bersikap tegas menyambing pemenuhan dan penegakan hak asasi manusia bagi para pekerja migran," ungkapnya. 

Sebelumnya lima orang menjadi korban penembakan oleh Otoritas Maritim Malaysia yang tengah berpatroli di perairan Tanjung Rhu, Malaysia, Jumat (24/1/2025). Peristiwa itu menyebabkan seorang pekerja migran Indonesia tewas, dan empat orang lainnya luka-luka.