Yordania Tegas Menolak Pemindahan Warga Palestina dari Gaza
NewsHot
Redaktur: Heru Sulistyono

Doc. Reuters/Mita Harianti

Jakarta, tvrijakartanews - Menteri Luar Negeri Yordania, Ayman Safadi, menyatakan tegas menolak pemindahan warga Palestina dari Gaza ke Yordania. Penolakan tersebut merupakan tanggapan terselubung terhadap usulan Presiden AS Donald Trump agar Mesir dan Yordania menerima lebih banyak warga Palestina dari Gaza.

“Sikap kami bahwa solusi dua negara adalah jalan menuju perdamaian adalah tegas dan tak tergoyahkan. Penolakan kami terhadap pemindahan paksa juga tegas dan tak tergoyahkan. Ini bukan hanya sikap Kerajaan yang teguh dan tak tergoyahkan, tetapi juga merupakan kebutuhan untuk mencapai keamanan, stabilitas, dan perdamaian yang kita semua inginkan," kata Ayman Safadi pada Minggu (26/01).

Melansir reuters, Presiden AS Donald Trump mengatakan Yordania dan Mesir harus menerima lebih banyak warga Palestina dari Gaza yang dilanda perang, sebuah saran yang ditolak oleh Hamas, kelompok militan Palestina yang menguasai wilayah kantong tersebut. Ketika ditanya apakah ini merupakan solusi sementara atau jangka panjang untuk Gaza, tempat serangan militer Israel telah menyebabkan situasi kemanusiaan yang mengerikan dan menewaskan puluhan ribu orang, Trump berkata "bisa jadi salah satunya".

“Kami berharap dapat bekerja sama dengan pemerintahan Amerika yang baru. Presiden Donald Trump telah menyatakan dengan jelas bahwa ia ingin mencapai perdamaian di kawasan tersebut, dan dalam hal ini, kami adalah mitranya. Perdamaian yang kami cari dan yang layak didapatkan kawasan tersebut, yang menjamin keamanan dan stabilitas, adalah perdamaian yang diterima oleh rakyat, yang memenuhi hak-hak rakyat, dan khususnya menjamin hak rakyat Palestina untuk hidup dalam kebebasan dan martabat di tanah nasional Palestina mereka sendiri," sambung Menteri Luar Negeri Yordania, Ayman Safadi.

Pertumpahan darah terbaru dalam konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung puluhan tahun dipicu pada 7 Oktober 2023, ketika Hamas menyerang Israel, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 orang, menurut penghitungan Israel.

Serangan militer Israel berikutnya di Gaza telah menewaskan lebih dari 47.000 orang, menurut kementerian kesehatan Gaza, dan menyebabkan tuduhan genosida dan kejahatan perang yang dibantah Israel.

Gencatan senjata mulai berlaku seminggu yang lalu dan telah menyebabkan pembebasan sejumlah sandera Israel yang ditahan Hamas dengan imbalan warga Palestina yang ditahan Israel.