Kementerian Agama Gelar Pemantauan Hilal Awal Ramadan 1446 H di 125 Titik
NewsHot
Redaktur: Heru Sulistyono

Ilustrasi pemantauan hilal untuk menentukan awal Ramadan. Foto : Istimewa

Jakarta, tvrijakartanews - Kementerian Agama (Kemenag) akan menggelar pemantauan hilal atau rukyatul hilal untuk menentukan awal Ramadan 1446 Hijriah/2025 Masehi.

Pemantauan ini dijadwalkan berlangsung pada Jumat, 28 Februari 2025, di 125 titik yang tersebar di seluruh Indonesia.

Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat (Dirjen Bimas) Islam Kemenag, Abu Rokhmad, mengungkapkan bahwa kegiatan ini melibatkan para ahli falak dari Kantor Wilayah Kemenag dan Kemenag kabupaten/kota.

Selain itu, pemantauan juga bekerja sama dengan Pengadilan Agama, organisasi masyarakat Islam, serta sejumlah instansi terkait lainnya.

"Pemantauan hilal awal Ramadhan akan dilakukan di 125 titik se-Indonesia pada 28 Februari mendatang," kata Abu dalam keterangannya yang dikutip, Rabu (19/2/2025).

Penghitungan Astronomi dan Posisi Hilal

Berdasarkan perhitungan astronomi (hisab), ijtimak menjelang Ramadan 1446 H diperkirakan terjadi pada 28 Februari 2025 sekitar pukul 07:44 WIB.

Pada hari rukyat, ketinggian hilal di seluruh Indonesia diperkirakan berada di atas ufuk dengan kisaran antara 3° 5,91’ hingga 4° 40,96’, sementara sudut elongasi berkisar antara 4° 47,03’ hingga 6° 24,14’.

Hasil rukyatul hilal dari berbagai daerah, serta data hisab mengenai posisi hilal, nantinya akan dibahas dalam sidang isbat yang digelar pada hari yang sama. Keputusan sidang isbat akan menjadi dasar penetapan awal Ramadan 1446 H bagi umat Islam di Indonesia.

Sidang Isbat di Jakarta

Sidang isbat akan berlangsung di Auditorium H.M. Rasjidi, Kantor Kementerian Agama RI, Jalan M.H. Thamrin No. 6, Jakarta.

Acara ini akan dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk perwakilan duta besar negara sahabat, Ketua Komisi VIII DPR RI, Mahkamah Agung, serta Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Hadir pula perwakilan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Badan Informasi Geospasial (BIG), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Planetarium Jakarta.

Selain itu, pakar ilmu falak dari organisasi masyarakat Islam, anggota Tim Hisab Rukyat Kemenag, serta pimpinan organisasi Islam dan pondok pesantren juga turut serta dalam sidang tersebut.

"Sidang isbat merupakan bentuk sinergi antara Kemenag, organisasi Islam, serta lembaga terkait dalam menentukan awal bulan Hijriah," kata Abu.

"Keputusan yang diambil diharapkan dapat menjadi pedoman bersama bagi umat Islam dalam menjalankan ibadah Ramadan," jelasnya.

Dengan adanya pemantauan hilal dan sidang isbat ini, umat Islam di Indonesia diharapkan mendapatkan kepastian mengenai awal bulan Ramadan 1446 H secara ilmiah dan sahih, sehingga dapat menjalankan ibadah puasa dengan lebih khusyuk dan tenang.