
Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti. (Tangkap layar akun YouTube BPS).
Jakarta, tvrijakartanews - Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan Amerika Serikat (AS) salah satu penyumbang utama neraca perdagangan Indonesia selama 2015 hingga 2025 atau satu dekade terakhir, bersama dengan India dan Filipina.
"India, Filipina dan Amerika Serikat merupakan penyumbang utama surplus neraca perdagangan Indonesia dalam 10 tahun terakhir," kata Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam keterangannya di Jakarta, Senin (21/4/2025).
Amalia menjelaskan pihaknya melakukan tinjauan khusus perdagangan antara Indonesia dan Amerika Serikat untuk memberikan gambaran yang relevan terkait penerapan tarif resiprokal oleh negara tersebut.
Menurutnya, jika dilihat dari neraca dagang, volume perdagangan dengan AS mengalami tren peningkatan dalam 10 tahun terakhir yang ditopang peningkatan pesat ekspor nonmigas.
"Surplus neraca perdagangan tertinggi dengan Amerika Serikat terjadi pada tahun 2022, yakni sebesar USD16,57 miliar (Rp278,54 triliun, kurs Rp16.810)," ujarnya.
Selain itu, Amalia menjelaskan mencontohkan komoditas unggulan Indonesia yang diekspor ke Amerika Serikat selama periode Januari sampai dengan Maret 2025 yakni mesin dan perlengkapan elektrik.
"Dengan nilai ekspor USD1,2 miliar atau Rp20,1 triliun, sektor alas kaki dengan nilai ekspor USD657,9 juta atau Rp11 triliun, yang memiliki kontribusi 9,01 persen dari total ekspor Indonesia ke Amerika Serikat yang sebesar USD7,3 miliar atau Rp122 triliun.
Amalia menjelaskan untuk kedua sektor itu, subsektor pakaian dan aksesoris rajutan maupun bukan rajutan juga memberikan kontribusi signifikan terhadap ekspor Indonesia ke AS, dengan persentase 16,39 persen serta memiliki nilai sebesar USD1,19 miliar atau Rp20 triliun.
Sementara sektor lemak dan minyak hewan nabati memberikan andil ekspor sebanyak 6,94 persen, dengan nilai USD507,19 juta atau Rp8,52 triliun.
"Sepanjang Januari sampai dengan Maret 2025 nilai ekspor keempat komoditas ini mengalami peningkatan yang relatif baik dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu," tambahnya.
Sedangkan untuk impor, disampaikan Amalia, Indonesia membeli produk mesin/peralatan mekanik, biji dan buah mengandung minyak, mesin/perlengkapan elektrik, ampas dan sisa industri makanan, serta instrumen optik, fotografi, sinematografi, dan medis dengan nilai perdagangan secara keseluruhan pada Januari hingga Maret 2025 mencapai USD2,98 miliar atau Rp50,12 triliun.