
ilustrasi rupiah: freepik
Jakarta, tvrijakartanews - Nilai tukar rupiah melemah pada penutupan perdagangan, Selasa (2/1/2023). Pelemahan rupiah pada hari pertama perdagangan di 2024, setelah libur Tahun Baru.
Sebagaimana dilansir Bloomberg, Selasa (2/1/2024), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup di level Rp15.470 per USD. Rupiah turun 71 poin atau setara 0,46 persen dari posisi Rp15.399 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan, nonfarm payrolls menunggu isyarat lebih lanjut mengenai penurunan suku bunga Fed Pasar sekarang fokus pada data utama nonfarm payrolls untuk Desember, yang akan dirilis pada Jumat ini.
"Angka tersebut diperkirakan akan menunjukkan penurunan lebih lanjut di pasar tenaga kerja, sebuah tren yang kemungkinan akan memberikan tekanan lebih besar pada The Fed untuk mempertimbangkan penurunan suku bunga lebih awal," paparnya.
Alat Fedwatch CME menunjukkan para pedagang memperkirakan peluang lebih dari 70 persen The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Maret.
"Namun sebelum pembacaan, bank sentral masih harus menghadapi serangkaian pembacaan perekonomian, terutama mengenai inflasi dan pasar tenaga kerja," ungkapnya.
Meskipun inflasi dan pasar tenaga kerja menurun secara substansial sepanjang 2023, tekanan harga masih jauh di atas target tahunan The Fed sebesar dua persen. Ruang kerja juga relatif panas.
Pejabat Fed memperingatkan pada Desember bahwa bank sentral perlu melihat lebih banyak pendinginan dalam dua tren tersebut untuk mempertimbangkan pemangkasan suku bunga lebih awal.
"Para pejabat juga memperingatkan pertaruhan penurunan suku bunga lebih awal oleh The Fed terlalu optimis. Namun The Fed masih diperkirakan akan memangkas suku bunga pada 2024, sebuah skenario yang menjadi pertanda buruk bagi indeks dolar AS," tuturnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi Indonesia pada 2023 sebesar 2,61 persen (yoy), tingkat inflasi tersebut merupakan yang terendah dalam dua dekade terakhir.
"Inflasi yang landai pada tahun 2023 didorong pengendalian inflasi yang baik oleh pemerintah maupun Bank Indonesia (BI)," ucapnya.
Terlebih, pada 2023 ada ketIdakpastian yang membayangi pergerakan inflasi dalam negeri, salah satunya fenomena kekeringan panjang atau El Nino. Selain itu, inflasi yang rendah ini juga karena faktor basis tinggi.
Dikatakan Ibrahim, pada tahun 2022, ada kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang menyulut inflasi. Sesuai pola musiman, biasanya tingkat inflasi akan menurun pada satu tahun setelah tahun adanya kenaikan harga BBM bersubsidi.
Kemudian, pasar juga memantau tentang kondisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 tercatat mengalami defisit Rp241,4 triliun per 28 Desember 2023. Angka defisit tersebut didapatkan dari realisasi pendapatan negara yang mencapai Rp2.725,4 triliun. Sementara belanja negara terealisasi senilai Rp2.966,8 triliun
Adapun, realisasi pendapatan negara tersebut telah mencakup 110 persen target APBN awal senilai Rp2.463 triliun, atau tembus 103,3 persen dari target revisi yang tercantum dalam Perpres 75/2023 dengan angka Rp2.637,2 triliun.
(Yohanes Abimanyu)

