
Presiden Prabowo Subianto saat bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Foto Sekretariat Presiden
Jakarta, tvrijakartanews — Ketegangan antara Israel dan Iran kian meningkat, terlebih setelah Amerika Serikat turut terlibat dalam konflik bersenjata yang berlangsung sejak pertengahan Juni 2025. Hingga kini, belum ada tanda-tanda deeskalasi dari kedua belah pihak. Di tengah situasi global yang memanas, perhatian publik internasional tertuju pada berbagai negara, termasuk Indonesia. Presiden Joko Widodo dan Presiden terpilih Prabowo Subianto pun mulai menunjukkan posisi dan pernyataan sikap Indonesia dalam menyikapi konflik ini.
Saat konflik terus berkecamuk, Prabowo tengah menjalani kunjungan kenegaraan ke Rusia. Namun dari Negeri Beruang Merah, Prabowo menegaskan bahwa Indonesia konsisten menyerukan jalan damai sebagai solusi utama konflik dunia.
“Kita ingin semua menurunkan suhu. Kita ingin mencari penyelesaian damai untuk semua pihak,” ujar Prabowo dalam forum internasional di St. Petersburg, Rusia, dikutip Senin (23/6/2025).
Ia juga menyebut, dalam konteks konflik Iran-Israel, Rusia memiliki pengaruh besar, khususnya terhadap Iran. Oleh karena itu, Indonesia mendorong keterlibatan diplomatik Rusia untuk mendorong dialog.
“Pengaruh Rusia lebih besar di kawasan itu, khususnya dengan pemerintah Iran. Saya kira peran dari pemerintah Rusia akan sangat besar,” tambahnya.
Dorong Zona Damai, Prabowo Singgung Pengalaman Aceh
Dalam sejumlah pertemuan bilateral dan forum publik, Prabowo kembali menekankan pentingnya menciptakan zona damai yang diawasi oleh lembaga internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sebagaimana yang terjadi di Semenanjung Korea.
“Ada zona demiliterisasi yang diawasi oleh PBB. Perang di Korea secara resmi memang belum berakhir, tetapi tetap ada kondisi damai,” jelas Prabowo.
Ia juga menyampaikan prinsip kebijakan luar negeri Indonesia yang selalu menjunjung semangat non-blok dan menjalin kerja sama dengan semua negara.
“Indonesia secara tradisional selalu non-blok. Politik luar negeri kami sangat sederhana: seribu teman terlalu sedikit, satu musuh terlalu banyak. Kami ingin berteman dengan semua pihak,” katanya.
Sebagai bentuk konkret, Prabowo menceritakan pengalamannya dalam rekonsiliasi nasional, terutama soal perdamaian Aceh. Ia menyebut hubungan pribadinya dengan mantan panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Muzakir Manaf, sebagai contoh nyata bahwa rekonsiliasi bisa terjadi.
“Dulu kami berhadapan di medan tempur. Kini, beliau menjadi Gubernur Aceh dan saya menjadi Presiden Indonesia. Ini menunjukkan bahwa mantan musuh pun bisa bersatu,” ujar Prabowo.
Pilih Hadir di Rusia, Tegaskan Sikap Non-Blok
Dalam kunjungannya ke Rusia, Prabowo sejatinya juga mendapat undangan untuk menghadiri pertemuan G7 di Kanada. Namun ia memilih untuk tetap menghadiri St. Petersburg Forum 2025.
“Saya ditanya mengapa tidak hadir di G7, tetapi hadir di forum ini. Alasannya sederhana: saya sudah berkomitmen menghadiri forum ini sebelum undangan dari G7 datang. Bukan karena saya tidak menghormati G7,” ucapnya, Jumat (20/6/2025).
Prabowo menegaskan bahwa pilihannya tidak bermakna dukungan pada kubu mana pun. Ia menekankan bahwa Indonesia tetap memegang prinsip politik luar negeri bebas dan aktif.
“Indonesia sejak dulu selalu non-blok. Kami menghormati semua negara. Kami ingin bekerja sama dengan semua pihak demi kolaborasi dan hidup berdampingan secara damai,” ujarnya yang disambut tepuk tangan para hadirin.