
Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar berfoto dengan siswa-siswi, saat hadir dalam agenda pembukaan kegiatan Masa Taaruf Siswa Madrasah (Matsama) 2025 yang dipusatkan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 4 Jakarta, Senin (14/7/2025). Foto : Istimewa/ Kemenag RI
Jakarta, tvrijakartanews - Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menekankan bahwa madrasah tidak boleh hanya dipandang sebagai lembaga pendidikan biasa. Menurutnya, madrasah memiliki tanggung jawab besar dalam membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga arif dalam bersikap dan berperilaku.
Hal ini disampaikan Nasaruddin saat pembukaan kegiatan Masa Taaruf Siswa Madrasah (Matsama) 2025 yang dipusatkan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 4 Jakarta, Senin (14/7/2025). Kegiatan ini berlangsung serentak di seluruh madrasah di Indonesia.
Dalam sambutannya, Nasaruddin sedikit mengisahkan dua cerita inspiratif yang menggambarkan pentingnya pendidikan agama sejak dini.
Ia menuturkan kisah klasik Syekh Abdul Qadir Jailani yang dengan kejujurannya mampu menyentuh hati para perampok, serta kisah seorang anak yang tidak dapat membedakan antara benar dan salah karena tidak pernah diajarkan agama oleh orang tuanya.
"Anak itu tidak tahu cara shalat, puasa, atau membedakan yang benar dan salah. Ia berkata, ‘Saya tidak pernah diajarkan (orang tua)’. Akhirnya, orang tuanya ikut diseret ke neraka karena lalai dalam pendidikan agama," kata Nasaruddin di lokasi kegiatan tersebut, sebagaimana keterangan yang diketahui.
Lebih jauh, Nasaruddin menjelaskan bahwa konsep 'murid' dalam madrasah jauh lebih dalam dibanding sekadar 'siswa'. Dalam tradisi tasawuf, kata dia, murid adalah sosok yang bersungguh-sungguh mencari ilmu untuk mendekatkan diri kepada Allah. Murid sejati membutuhkan kehadiran seorang mursyid, yaitu guru yang membimbing secara spiritual.
"Murid itu padanannya adalah mursyid, yaitu pembimbing spiritual. Semua mursyid adalah guru, tapi tidak semua guru bisa menjadi mursyid. Maka madrasah mengajarkan lebih dari sekadar pelajaran, tapi juga jiwa dan nilai," jelasnya.
Nasaruddin juga menyoroti pentingnya peningkatan kualitas spiritual dan metodologi para guru madrasah. Ia mengibaratkan guru sebagai gergaji yang harus terus diasah agar tetap tajam dalam menyampaikan ilmu.
"Kalau guru tidak pernah diasah, maka tidak akan tajam dalam menyampaikan ilmu. Seperti gergaji tumpul, akan sulit memotong, meski kayunya lunak," katanya.
Di hadapan para siswa dan guru, Nasaruddin mengungkapkan kebanggaannya terhadap perkembangan madrasah, termasuk MAN 4 Jakarta.
Ia menceritakan bahwa ketiga anaknya merupakan alumni madrasah tersebut dan kini seluruhnya menjadi dokter. Bahkan, salah satunya menempuh pendidikan lanjutan di Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Australia melalui jalur beasiswa.
Menurutnya, ini bukti bahwa madrasah bisa melahirkan generasi unggul, tidak hanya dalam urusan akhirat, tetapi juga dalam bidang duniawi.
"Ketiga anak saya sekolah di sini dan semuanya menjadi dokter. Bahkan ada yang lanjut ke ITB dan kuliah di Australia dengan beasiswa. Itu bukti bahwa madrasah bisa bersaing dan bahkan unggul," jelasnya.
Acara pembukaan Matsama 2025 ini turut dihadiri oleh Dirjen Pendidikan Islam Amien Suyitno, Sesditjen Pendidikan Islam Arskal Salim, Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah Nyayu Khodijah, serta Kakanwil Kemenag DKI Jakarta Adib.
Ratusan siswa hadir langsung di lokasi, sementara ribuan lainnya mengikuti kegiatan secara daring dari berbagai daerah di Indonesia.

