Perangi TBC, Tangsel Jalani Gerakan Jemput Bola dan Kolaborasi Masyarakat
NewsHot
Redaktur: Heru Sulistyono

Ilustrasi Tim Medis Melakukan Penanganan Pada Pasien TBC

Tangsel, tvrijakartanews - Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Tangsel) berkomitmen untuk memerangi Tuberkulosis (TBC) dengan mengedepankan aksi jemput bola dan kolaborasi masyarakat.

Sebab, TBC adalah persoalan serius yang harus ditangani bersama, sehingga diperlukan langkah-langkah konkret untuk memutus mata rantai penularan di seluruh lapisan masyarakat.

Wali Kota Benyamin Davnie mengatakan, melalui pola jemput bola dan edukasi berbasis komunitas yang diterapkan oleh Pemerintah Kota Tangsel, memungkinkan tim medis untuk secara proaktif mendekati masyarakat dan memberikan layanan kesehatan, khususnya dalam hal penanggulangan TBC.

Sehingga, Benyamin bilang, dengan cara ini, Tangsel tidak lagi mengandalkan pasien untuk datang ke Puskesmas, melainkan secara aktif mendatangi warga untuk melakukan skrining, edukasi, dan pengobatan.

“TBC adalah persoalan serius yang harus ditangani bersama. Kita tidak bisa hanya mengandalkan layanan di fasilitas kesehatan saja ya, menunggu mereka yang datang, jadi kalau mau cepat ya kita juga harus jemput bola tim kesehatan yang ngider ke warga-warga,” ujarnya, dikutip Selasa (15/7/2025).

Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Tangsel, Allin Hendalin Mahdaniar mengatakan, pihaknya telah meluncurkan program Ngider Sehat dan RW Bebas TBC untuk menemukan kasus TBC secara aktif dan menekan penularan di lingkungan padat penduduk.

Menurutnya, Program Ngider Sehat dan RW Bebas TBC yang dijalankan oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Tangsel menjadi strategi kunci dalam menemukan kasus TBC secara aktif dan menekan penularan di lingkungan padat penduduk.

“Program ini melibatkan tim kesehatan yang secara rutin melakukan skrining dan investigasi kontak di lingkungan pasien TBC,” sebutnya.

Allin menjelaskan, kegiatan Ngider Sehat, tim medis melakukan skrining dan investigasi terhadap pasien TBC yang telah terdata, terutama yang se rumah dan kontak erat.

“Bagi mereka yang tidak bergejala, akan diberikan Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT), sementara yang menunjukkan gejala langsung diarahkan menjalani pemeriksaan seperti Tes Cepat Molekuler (TCM) atau rontgen,” jelasnya.

Kata Allin, TCM biasanya digunakan untuk mengetahui apakah kontak tersebut sudah mendapatkan penularan dari indeks kasus.

Oleh karena itu, warga diajak untuk tidak hanya memahami gejala dan penularan TBC, tetapi juga terlibat langsung dalam mendukung pasien agar tidak menyerah di tengah jalan.

“Masyarakat juga bagian dari kunci eliminasi TBC ini. Makanya, kita perluas edukasi dari petugas fasyankes, dan warga juga perlu peduli jika ada pasien TBC yang berpindah tempat tinggal agar dapat dilacak dan dipantau kembali,” jelasnya.

Dengan percepatan skrining yang telah dilakukan, hingga pertengahan Juni 2025, total kasus TBC di Tangsel mencapai 8.720 kasus, terdiri dari 6.205 kasus pada 2024 dan 2.515 kasus terdeteksi sejak Januari hingga 13 Juni 2025.