
Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung Wibowo dalam acara "Urban Climate Action Programme (UCAP) Climate Action Implementation (CAI) Regional Convening 2025" di Hotel Ayana Midplaza, Jakarta, Rabu (23/7). Foto : Istimewa
Jakarta, tvrijakartanews - Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung Wibowo resmi membuka Urban Climate Action Programme (UCAP) Climate Action Implementation (CAI) Regional Convening 2025 di Hotel Ayana Midplaza, Jakarta Pusat, Rabu (23/7/2025). Acara ini menjadi ajang penting bagi kota-kota dunia dalam memperkuat kolaborasi penanganan perubahan iklim.
Dalam sambutannya, Pramono menegaskan komitmen Jakarta untuk menjadi kota berkelanjutan. Ia memaparkan sejumlah capaian, termasuk penurunan drastis tingkat kemacetan Jakarta yang sebelumnya kerap menduduki peringkat 20 besar kota termacet dunia, kini turun ke posisi 90 berdasarkan survei TomTom.
"Saya menjadi gubernur, mempunyai program yang disebut Transjabodetabek, tiba-tiba Jakarta ketika disurvei oleh lembaga internasional namanya TomTom Survey yang dulu selalu 20 besar kota termacet di dunia, tiba-tiba nomor 90," kata Pramono, sebagaimana dalam keterangan yang diketahui.
Pramono juga membagikan pengalamannya saat menghadiri pertemuan PBB di New York, ketika itu ia berdiskusi langsung dengan Wali Kota New York mengenai penanganan kemacetan.
Ia menuturkan, Jakarta kini tidak lagi menjadi kota termacet di Indonesia, melainkan Bandung, disusul Medan, Palembang, Surabaya, dan Jakarta.
Salah satu upaya yang mendorong perbaikan itu adalah kebijakan Pemerintah Provinsi (Pemprov DKI) yang mewajibkan Aparatur Sipil Negara (ASN) menggunakan transportasi umum setiap Rabu.
Pramono menekankan, dukungan internasional turut berperan dalam transformasi Jakarta. Sejak 2018, Jakarta mendapat pendampingan dari C40 Cities dan Pemerintah Inggris sebagai salah satu dari 35 kota dunia yang difasilitasi dalam program aksi iklim.
"Kami ingin menyampaikan terima kasih dan kami memberikan dukungan sepenuhnya untuk bisa berubah," katanya.
Salah satu langkah strategis Jakarta adalah penyusunan Jakarta Green Building Regulation. Regulasi ini menargetkan efisiensi energi dan air 100 persen untuk bangunan baru dan 50 persen bagi bangunan eksisting pada 2030, dengan potensi pengurangan emisi hingga 10,6 juta ton CO2 per tahun.
Jakarta juga tengah menyiapkan pemanfaatan 55 juta ton cadangan sampah di Bantar Gebang, yang setiap harinya menerima 7.700 ton sampah, sebagai sumber energi. Pramono memastikan rencana tersebut sudah mendapat restu dari Presiden Prabowo Subianto.
"Saya beruntung sudah mendapatkan arahan dan sekaligus persetujuan oleh pemerintah pusat, oleh Bapak Presiden Prabowo Subianto bahwa penggunaan energi ke depan di Jakarta salah satunya akan menggunakan energi sampah, pembangkit energi sampah," jelas Pramono.
Pramono mengatakan, Pemprov DKI Jakarta berencana membangun empat Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTS) untuk mendukung kota yang lebih hijau.
Selain itu, Jakarta resmi bergabung dengan Clean Investment Accelerator Initiative, sebuah inisiatif global yang mendorong kota-kota mengalihkan pembiayaan dari energi fosil ke solusi iklim yang berkelanjutan.
Melalui inisiatif ini, Jakarta juga akan mengembangkan instrumen pembiayaan hijau seperti obligasi dan portofolio berbasis ESG (Environmental, Social, and Governance).
"Dengan demikian, prinsip itulah yang ingin kami sampaikan," kata Pramono.
Dengan langkah-langkah ini, Jakarta diharapkan tidak hanya menjadi kota yang ramah lingkungan, tetapi juga tangguh dan inklusif.

