
Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi) Nezar Patria memberikan Keynote Speech saat peluncuran “AI for All: Protecting Indonesians from Spam and Scam" di Gedung Indosat, Jakarta, Kamis (7/8/2025). (Foto: Kementerian Komdigi).
Jakarta, tvrijakartanews - Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria menyatakan bahwa penipuan di ruang digital telah menjadi ancaman nyata dan sangat merugikan masyarakat.
Berdasarkan data yang dihimpun pemerintah, Nezar mengungkapkan bahwa kerugian finansial akibat kejahatan siber mencapai Rp 476 miliar sepanjang November 2024 hingga Januari 2025.
Sementara itu, terdapat 1,2 juta laporan penipuan digital yang masuk ke sistem pengaduan publik hingga pertengahan 2025.
“Angka-angka ini bukan sekadar statistik, ini adalah peringatan bahwa kita harus bertindak cepat dan bersama. Untuk itu pemerintah berkomitmen penuh menciptakan ruang digital yang aman, bersih dan terpercaya bagi seluruh masyarakat,” kata Nezar dalam keterangan tertulis, Jumat (8/8/2025).
Nezar mengatakan, penipuan digital tersebut mayoritas bersumber dari pesan instan atau SMS dan 64 persen spam melalui layanan seluler.
Untuk itu, Kementerian Komdigi berkomitmen memperkuat perlindungan warga Indonesia di ruang digital sekaligus memastikan kedaulatan teknologi nasional.
Menurut dia, komitmen tersebut tidak hanya diwujudkan melalui penguatan regulasi dan literasi digital, tetapi juga melalui pengembangan dan pemanfaatan teknologi seperti kecerdasan artifisial (AI) untuk mendeteksi dan mencegah kejahatan siber sejak dini.
Ia juga menekankan bahwa teknologi harus digunakan sebagai alat untuk memperkuat pertahanan masyarakat dari berbagai ancaman di ruang digital.
“Teknologi seperti AI dan machine learning jangan hanya menjadi jargon dalam inovasi, tapi harus menjadi solusi nyata untuk masalah-masalah krusial semisal keamanan digital ini. Teknologi harus menjadi alat kita untuk membangun pertahanan yang lebih kuat bagi masyarakat,” jelas Nezar.
Dalam kesempatan itu, Nezar Patria juga menyinggung pentingnya kedaulatan data dan teknologi.
Menurut dia, Indonesia tidak boleh menjadi korban dari kolonialisme digital dan eksploitasi data oleh kekuatan asing. Mengingat, visi Asta Cita Presiden Prabowo Subianto menekankan pentingnya kemandirian teknologi nasional yang berbasis pada kemampuan dalam negeri.
“Ini menjadi konsen di tingkat global juga, bagaimana melindungi negara-negara yang rentan terhadap praktek pencurian dan eksploitasi data. Karena itu, inisiatif seperti AI for All harus menjadi model kolaborasi yang dapat ditiru oleh pelaku industri digital lainnya,” pungkasnya.