
Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar saat berkunjung ke Kompas Gramedia Group, Jakarta, pada Selasa (12/8). Foto : Istimewa/ Kemenag
Jakarta, tvrijakartanews - Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar menegaskan, Kementerian Agama (Kemenag) akan bertindak cepat dalam menangani berbagai kasus intoleransi yang masih terjadi di sejumlah daerah.
Langkah ini ditempuh melalui koordinasi intensif dengan aparat keamanan hingga optimalisasi pencegahan dini di tingkat lokal.
"Memang masih ada beberapa kasus yang kami catat, seperti peristiwa yang baru-baru ini terjadi di Sumatera Barat dan Jawa Barat. Kami sudah memiliki daftar kasus tersebut dan menanganinya secara kasuistik," kata Nasaruddin dalam keterangannya yang diketahui, Rabu (13/8/2025).
Pernyataan tersebut disampaikan Menag saat berkunjung ke Kompas Gramedia Group, Jakarta, pada Selasa (12/8).
Ia menjelaskan, Kemenag segera berkoordinasi dengan pimpinan aparat, termasuk Kapolri, untuk penanganan cepat. Dalam waktu dekat, Kemenag akan menggelar pertemuan bersama Bintal (Pembinaan Rohani dan Mental) Provos dari berbagai matra TNI, serta Badan Intelijen Negara (BIN).
"Minggu ini, kami juga akan bertemu lagi dengan BIN dan pihak-pihak terkait. Saya ingin pertemuan ini menjadi langkah konkret terakhir sebelum eksekusi di lapangan," tegas Nasaruddin.
Menurut Nasaruddin, pencegahan dini dapat dilakukan dengan memanfaatkan jaringan aparat hingga tingkat kecamatan, imam desa, dan tokoh lokal. Ia meminta setiap informasi sensitif segera dilaporkan ke pusat agar bisa ditangani dalam waktu kurang dari 24 jam.
"Pencegahan dini ini bisa dilakukan dengan memanfaatkan aparat hingga tingkat kecamatan, imam-imam desa, dan jaringan lokal lainnya. Sedapat mungkin, informasi yang ada jangan ditahan, laporkan segera ke pusat," kata Nasaruddin.
"Dengan komunikasi yang ada sekarang, seperti telepon, laporan bisa sampai dalam waktu kurang dari 24 jam, dan kami pasti akan menindaklanjutinya. Itulah langkah yang kami ambil. Insya Allah, kita bisa menghadapinya bersama," jelasnya.
Nasaruddin menegaskan, target Kemenag bukan hanya mengeliminasi, tetapi meniadakan potensi konflik. Mengeliminasi berarti membatasi, sedangkan meniadakan memastikan hal itu tidak terjadi sama sekali.
Untuk itu, Kemenag mendorong pembenahan di tingkat mendasar melalui pengenalan 'kurikulum cinta', yang menekankan ajaran persamaan dan titik temu antaragama, bukan kebencian atau perbedaan. Kurikulum ini dipadukan dengan konsep ekoteologi untuk menguatkan toleransi sekaligus membangun harmoni antara manusia dan alam.
"Kurikulum cinta ini akan dipadukan dengan ekoteologi. Keduanya, pada hakikatnya, adalah cara baru untuk memperkuat toleransi beragama dan kemanusiaan. Prinsip dasarnya adalah mencintai sesama manusia tanpa membedakan bangsa, warna kulit, atau agama, serta membangun kerukunan antara manusia dengan alam," jelas Nasaruddin.
"Kami yakin, jika trilogi ekoteologi, kurikulum cinta, dan kerukunan antarumat beragama ini berhasil diterapkan, Indonesia akan memiliki nilai kemanusiaan dan kerukunan yang dapat menjadi kebanggaan dunia," katanya.

