
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana. (Foto: istimewa).
Jakarta, tvrijakartanews - Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana mengatakan, program makan bergizi gratis (MBG) telah menjangkau 15 juta penerima manfaat hingga Rabu (13/8/2025).
Capaian itu berkat kinerja 5.235 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang telah beroperasi di 38 provinsi, 502 kabupaten, dan 4.770 kecamatan.
"Kami sudah melayani 15 juta penerima manfaat. Kami sedang mengejar target untuk bisa melayani minimal 20 juta pada tanggal 15 Agustus ke depan," kata Dadan dalam keterangan tertulis, Kamis (14/8/2025).
Adapun program MBG ini mencakup pemberian makanan bergizi kepada ibu hamil, ibu menyusui, anak balita, hingga siswa dari PAUD sampai SMA.
Dadan mengatakan, program tersebut menjadi langkah strategis menghadapi laju pertumbuhan penduduk Indonesia yang masih tinggi, yakni 6 orang per menit atau sekitar 3 juta per tahun. Populasi diprediksi mencapai 324 juta pada 2045, dan menjadi 325 juta pada 2060.
Menurut dia, tingginya angka kelahiran terutama berasal dari keluarga berpendidikan rendah dan ekonomi lemah. Sementara itu, kelas menengah dan atas cenderung memiliki anak lebih sedikit.
"Kondisi ini berdampak pada kualitas sumber daya manusia jika tidak diantisipasi sejak dini melalui intervensi gizi. Apalagi sekarang digabungkan dengan sekolah rakyat, di mana keluarga mereka tidak mampu dikumpulkan di sekolah, diberi makan pagi, siang, malam," kata Dadan.
"Jadi insyaallah 20 tahun ke depan kita sudah akan lebih baik karena ada tren yang cukup bagus, populasi Indonesia akan puncak di 325 juta di tahun 2060," tambah dia.
Program MBG Gerakkan Ekonomi Lokal
Selain manfaat gizi, program ini menggerakkan perekonomian lokal. Satu SPPG rata-rata membutuhkan 200 kilogram beras, 3.000 butir telur, 350 ekor ayam, 300 kilogram sayur, 350 kilogram buah, dan 450 liter susu setiap hari. Semua pasokan diambil dari UMKM setempat.
BGN mencatat, total investasi masyarakat untuk pembangunan SPPG yang sudah beroperasi mencapai sekitar Rp 10 triliun, belum termasuk 17.000 unit yang masih dalam tahap verifikasi.
Jika seluruh target 30.000 SPPG tercapai, maka perputaran dana diperkirakan mencapai Rp 40 triliun, di luar anggaran pemerintah.
"Jadi jangan heran kalau penjual alat rumah untuk bangun rumah itu kebanjiran pesanan dari SPPG-SPPG untuk membeli baja dan lain-lain, termasuk restoran-restoran. Sekarang ini restoran, kafe, hotel berubah jadi SPPG. Jadi itu satu tanda bahwa ekonomi bergerak," pungkas Dadan.

