Protein ZAK-alpha Dapat Digunakan Untuk Mengobati Penyakit Hati Berlemak
Tekno & SainsNewsHot
Redaktur: TVRI Jakarta Portal Team

ifl science (Jo Panuwat D/Shutterstock.com)

Jakarta, tvrijakartanews - Salah satu risiko yang timbul akibat penuaan dan obesitas adalah berkembangnya penyakit metabolik, termasuk penyakit hati berlemak nonalkohol. Mencari tahu seluk-beluk proses ini dan bagaimana cara menghentikannya bukanlah tugas yang mudah, namun para peneliti kini yakin bahwa mereka mungkin telah menemukan jawabannya dalam protein yang disebut ZAK-alpha.

Dilansir dari ifl science edisi (07/01/2024), bertambahnya usia atau bertambah berat badan berlebih dapat menimbulkan stres bagi sebagian orang, namun hal ini melampaui perasaan kita bahkan sel-sel kita pun mengalami “stres”. Hal ini berupa produksi berlebih senyawa yang disebut spesies oksigen reaktif (ROS). Meskipun zat-zat ini diproduksi selama metabolisme sel normal, jika jumlahnya berlebih, hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada sel-sel kita.

Menurut laporan, salah satu konsekuensi dari stres ini adalah konversi lemak “coklat” menjadi lemak “putih”. Terlalu banyak lemak yang terakhir meningkatkan kemungkinan kelebihan kadar lemak disimpan di hati, yang dikenal sebagai penyakit hati berlemak nonalkohol (NAFLD). NAFLD diperkirakan mempengaruhi sekitar 25% populasi dunia dan meskipun seringkali tidak menunjukkan gejala, penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan hati yang serius atau sirosis jika penyakit ini terus berkembang.

Para ilmuwan berusaha mengungkap faktor-faktor yang terlibat dalam perkembangan ini, dan tim yang dipimpin oleh Profesor Simon Bekker-Jensen dari Universitas Kopenhagen tampaknya telah mengidentifikasi salah satu faktor kuncinya.

"Ada protein yang disebut ZAK-alpha yang 'memberi sinyal' kepada seluruh sistem metabolisme tentang sel-sel yang sedang stres. Hal ini memicu reaksi berantai yang antara lain menyebabkan perlemakan hati," jelas Bekker-Jensen dalam sebuah pernyataan.

Tim mengkonfirmasi hal ini menggunakan model seluler, tikus, dan ikan zebra di mana protein ZAK-alpha dihilangkan dan model tersebut kemudian dipaparkan ke ROS, dengan dua model terakhir menunjukkan hasil yang menurut para peneliti menjanjikan.

“Tikus adalah model yang sangat baik untuk sistem metabolisme manusia… Ketika tikus mengalami kelebihan berat badan, mereka mengembangkan penyakit metabolik yang sebagian besar sama seperti yang terlihat pada manusia. Tikus yang kami nonaktifkan protein ZAK-alpha-nya jauh lebih sehat dibandingkan tikus yang diberi protein ZAK-alpha. Di usia tua, mereka lebih aktif, memiliki otot yang lebih kuat, dan yang terpenting, tidak mengembangkan berbagai penyakit metabolism,” ungkap Bekker-Jensen.

Lebih lanjut, para peneliti percaya bahwa temuan ini menunjukkan ZAK-alpha dapat memberikan jalan terapi yang berguna untuk NAFLD.

“ZAK-alpha adalah target obat yang sudah mapan dan dapat dihambat dengan molekul kecil, Oleh karena itu, kami mengantisipasi bahwa pengetahuan baru ini akan menarik minat banyak perusahaan yang secara aktif berupaya mengembangkan dan menguji obat terhadap penyakit metabolik, termasuk hati berlemak,” sambungnya.

Untuk mencapai titik di mana obat tersebut dapat dipasarkan, langkah selanjutnya adalah uji klinis. Waktu akan membuktikan apakah hal ini akan berhasil.

“Meskipun sudah ada obat yang efektif dan terjangkau untuk diabetes, saya melihat potensi besar penyakit hati berlemak, yang masih menjadi salah satu masalah medis paling signifikan yang belum terselesaikan saat ini.” kata Bekker-Jensen.