Anggota DPR Ingatkan Kemenag: Kurikulum Cinta Jangan Hanya Jadi Slogan
NewsHot
Redaktur: Heru Sulistyono

Anggota Komisi X DPR RI, Andi Muawiyah Ramly. Foto : Dok. Istimewa

Jakarta, tvrijakartanews - Anggota Komisi X DPR RI, Andi Muawiyah Ramly, mengingatkan Kementerian Agama (Kemenag) agar penerapan Kurikulum Cinta di madrasah tidak berhenti pada tataran slogan, tetapi benar-benar mampu memperkuat sistem pendidikan berbasis nilai luhur bangsa dan agama.

"Jangan sampai Kurikulum Cinta hanya menjadi jargon tanpa substansi yang jelas," katanya. 

"Yang dibutuhkan saat ini bukan sekadar nama yang menarik, tapi penguatan sistem pendidikan yang berakar pada nilai-nilai luhur bangsa dan agama," jelas Andi dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (10/9/2025).

Ia menilai setiap kurikulum harus mampu menjawab tantangan zaman sekaligus memberi dampak nyata dalam pembentukan karakter generasi muda. 

Menurutnya, semangat Kurikulum Cinta perlu diwujudkan secara konkret dengan rumusan nilai yang diajarkan, kompetensi yang dibangun, serta indikator keberhasilan yang terukur.

"Kurikulum Cinta tentu baik secara semangat, tapi harus dijelaskan secara konkret, nilai apa yang diajarkan, kompetensi apa yang dibangun, dan bagaimana indikator keberhasilannya," kata Andi. 

"Jangan sampai nilai-nilai luhur seperti toleransi, kasih sayang, dan empati hanya menjadi materi tempelan," sambungnya. 

Andi menekankan bahwa inovasi kurikulum sebaiknya diarahkan pada penguatan metode pembelajaran, peningkatan kapasitas guru, serta penciptaan lingkungan pendidikan yang mendukung pembentukan karakter. 

Ia juga menyarankan pemerintah melakukan evaluasi mendalam terhadap kurikulum yang sudah ada sebelum menambah nomenklatur baru.

"Saya kira justru yang perlu dilakukan juga adalah penguatan ekosistem pendidikan yang berkarakter. Misalnya, melalui kegiatan intra dan ekstrakurikuler yang menumbuhkan empati, kepedulian sosial, dan nilai-nilai kemanusiaan," katanya. 

Dalam konteks ini, sebelumnya, Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menyampaikan bahwa Kurikulum Cinta menjadi strategi utama Kemenag dalam menghadapi maraknya kasus intoleransi. Pendekatan ini menitikberatkan pada nilai cinta kasih, kebersamaan, dan keharmonisan.

"Sesungguhnya kasus intoleransi ini, tidak bisa diselesaikan di sektor hilirnya saja tapi di sektor hulunya harus lebih disentuh, maka itu saya mengedepankan pendekatan kurikulum cinta ini," kata Nasaruddin di Jakarta, pada Selasa (29/7).

Kemudian, Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah Kemenag, Nyayu Khodijah, menegaskan Kurikulum Berbasis Cinta bukan pengganti kurikulum, melainkan pengayaan atau penyempurnaan kurikulum yang sudah ada pada lembaga pendidikan Islam.

"Kurikulum Berbasis Cinta memberikan jiwa pada kurikulum. Ini bukan sekadar revisi konten, tapi pendekatan baru yang lebih berkarakter, spiritual, dan kontekstual," jelas Nyayu di Jakarta, pada Rabu (16/4).  

Ia menambahkan, kurikulum ini juga menekankan pentingnya lingkungan belajar yang mencerminkan kasih sayang, termasuk gerakan cinta lingkungan seperti penanaman pohon dan pelestarian alam sebagai bagian integral dari pendidikan di madrasah.