Kemenag dan Baznas Luncurkan Program BMM Madada untuk Kurangi Ketergantungan Masyarakat pada Pinjol
NewsHot
Redaktur: Heru Sulistyono

Ilustrasi— Program BMM Madada menyediakan pembiayaan tanpa bunga (qardhul hasan) yang disalurkan melalui masjid-masjid. Foto : Dok. Istimewa

Jakarta, tvrijakartanews - Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) Kementerian Agama bekerja sama dengan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) meluncurkan program Baznas Microfinance Masjid Berdaya Berdampak (BMM Madada). 

Program ini bertujuan mendorong pemberdayaan ekonomi umat sekaligus mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap pinjaman online (pinjol).

Direktur Jenderal Bimas Islam, Abu Rokhmad, mengatakan bahwa BMM Madada merupakan bagian dari strategi besar Masjid Berdaya dan Berdampak (Madada), yang menempatkan masjid sebagai pusat ibadah sekaligus motor penggerak kesejahteraan sosial dan ekonomi.

"Masjid berdaya adalah masjid yang memiliki kapasitas dan sumber daya untuk bertindak, sementara masjid berdampak adalah masjid yang mampu menghadirkan perubahan positif bagi lingkungannya," kata Abu, dalam keterangannya yang dikutip Rabu (8/10/2025). 

Ia menegaskan, transformasi fungsi masjid dari sekadar pusat ibadah menjadi pusat pemberdayaan ekonomi dan sosial merupakan langkah strategis agar masjid tetap relevan di era modern.

"Melalui kolaborasi dengan Baznas, LAZ, BWI, BPJS, CSR, dan ormas Islam, masjid bisa menjadi pusat inovasi yang memberi manfaat langsung bagi jamaah," katanya. 

Sebagaimana diketahui, program BMM Madada menyediakan pembiayaan tanpa bunga (qardhul hasan) yang disalurkan melalui masjid-masjid. Skemanya menargetkan masyarakat dengan potensi usaha, agar mereka tidak hanya menjadi penerima bantuan, tetapi juga bertransformasi menjadi muzaki (pemberi zakat) aktif.

"Dulu mereka hanya menerima bantuan, kini mereka bisa berperan sebagai pemberi. Banyak cerita sukses yang muncul dari program ini," jelas Abu. 

Selain aspek ekonomi, program Madada juga mendorong kegiatan lingkungan dan pendidikan. Masjid diharapkan menjadi ruang dakwah yang bersih, hijau, dan ramah lingkungan melalui program penghijauan dan penanaman pohon di area masjid percontohan.

"Masjid harus bersih, indah, dan hijau. Ini bagian dari bentuk dakwah yang kontekstual," tambahnya. 

Abu juga menyoroti pentingnya pendekatan edukatif lintas generasi. Menurutnya, program Fasolatan hadir untuk menjembatani perbedaan pola belajar antar generasi.

"Kami mencatat generasi baby boomers sangat antusias belajar agama, sedangkan Gen Z dan milenial literasinya tinggi tapi praktik ibadahnya belum optimal," kata Abu. 

"Program Fasolatan kami hadir untuk menjembatani hal ini, memberikan pengajian yang sesuai untuk orang tua agar bisa belajar dan tetap aktif secara spiritual," jelasnya. 

Ia berharap BMM Madada dapat menjadi model nasional bagi masjid-masjid di seluruh Indonesia dalam mendorong kemandirian ekonomi, menjaga lingkungan, serta membangun peradaban Islam yang inklusif.

Sementara itu, Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, Arsad Hidayat, menjelaskan bahwa pinjaman lunak dalam program ini disalurkan melalui masjid dengan besaran dana hingga Rp150 juta per masjid. Dana tersebut ditujukan kepada warga yang memiliki kapasitas usaha atau potensi bisnis yang layak.

"Program ini bukan sekadar bantuan, tetapi investasi untuk memberdayakan masyarakat agar mandiri secara ekonomi," kata Arsad. 

Ia menambahkan, BMM Madada menghubungkan langsung penerima dengan masjid sebagai mediator, menciptakan ekosistem usaha kecil yang berkelanjutan dan mengurangi ketergantungan terhadap pinjol berbunga tinggi.