
Di acara Forum Balkoters, Balaikota Jakarta ( Foto : Istimewa )
Jakarta,tvrijakartanews - PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) terus bertransformasi menuju layanan transportasi publik yang cerdas, inklusif dan berorientasi pada warga. Berawal dari sistem busway konvensional kini menuju ekositem smart mobility.
Direktur Utama PT Transjakarta, Welfizon Yuza menyampaikan perubahan besar transjakarta terjadi sejak 2015 . Sejak saat itu, arah perusahaan tak pagi hanya berbasis pada operasional bus, melainkan pada pelayanan warga.
"Kalau dulu itu (perspektifnya) operasional driven, jadi layanan didorong dari sisi operasional. Tapi sejak tahun 2016, kami ubah polanya bukan didorong dari sisi operasional, tapi ditarik dari sisi customer (pelanggan)," kata Welfizon saat forum Balkoters Talk di Jakarta, Rabu (5/11/2025).
Welfizon mengatakan, transformasi budaya pelayanan dimulai dari cara perusahaan memandang pengguna jasa. Kala itu naik transjakarta disebut penumpang, namun seiring waktu dan di lihat dari kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), penumpang memiliki arti numpang (nebeng gratisan). Oleh sebab itu, istilah itu kemudian diubah, karena penumpang terkesan dapat tidak dengan kurang baik.
"Sejak kami berubah menjadi customer driven, sekarang kami mereka disebut pelanggan. Istilahnya mulai dari direksi sampai petugas di lapangan semua menyebut pelanggan, jadi enggak ada lagi istilah penumpang,"ucapnya.
Menurutnya, perubahan paradigma itu mengubah seluruh orientasi internal Transjakarta. Sehingga, dari rapat operasional harian yang semula berfokus pada jumlah bus yang beroperasi, kini menjadi berapa banyak pelanggan yang dilayani.
Ia juga menambahkan, dengan adanya paradigma ini pertumbuhan layanan Transjakarta meningkat signifikan. Hingga kini, jangkauan layanan telah mencapai 91,8 persen wilayah Jakarta, ekuivalen dengan akses 9 dari 10 warga dapat menjangkau halte Transjakarta.
"Jadi 9 dari 10 warga Jakarta jalan kaki 5-10 menit ke arah mana pun pasti ketemu halte atau bus stop," ujar Welfizon.
"Bukan hanya perubahan istilah, tetapi perubahan paradigma besar di tubuh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang kini menjadi tulang punggung transportasi Kota Jakarta,"tambahnya.
Ia juga menerangkan, perjalanan panjang Transjakarta yang sempat masuk mode bertahan selama pandemi Covid-19. Meski mobilitas warga menurun tajam, Transjakarta tetap beroperasi melayani sektor-sektor esensial. Kemudian pasca-pandemi, jumlah pelanggan tumbuh pesat hingga melampaui angka sebelum Covid-19.
"Kalau tahun lalu kami melayani 372 juta pelanggan, tahun ini targetnya tembus di atas 400 juta. Sampai triwulan ketiga sudah 298 juta pelanggan. Kami optimistis capai target,"terangnya.
Selain memperluas cakupan, lebih lanjut, Welfizon menegaskan Transjakarta tengah mempersiapkan fase baru menuju smart mobility, sebuah sistem transportasi publik yang terintegrasi, berbasis teknologi, dan berorientasi pada warga.
"Kita sudah tidak lagi bicara sekadar busway, tapi bagaimana layanan ini menjadi bagian dari kota cerdas, di mana warga adalah pusatnya. Karena Transjakarta ini bukan hanya customer centric, tapi citizen centric," tegasnya.
Ia juga meyakini, arah transformasi ini akan menjadi fondasi kuat bagi Jakarta sebagai kota global. Selain tak hanya berfokus pada transportasi, Transjakarta kini juga mendukung urban tourism melalui layanan open top tour bus.
"Transportasi publik yang inklusif, cerdas, dan berkelanjutan adalah tulang punggung kota, dan itulah yang kami siapkan untuk Jakarta lima abad pada 2027 mendatang," tuturnya
"Kalau ke London naik bus tingkat jadi pengalaman, ke Paris dan Bangkok juga begitu. Sudah saatnya orang datang ke Jakarta karena ingin menikmati kotanya. Dan Transjakarta siap jadi wajahnya" pungkasnya.
Lampaui Beberapa Kota Besar
Di sisi lain, DPRD Provinsi DKI Jakarta terus mendukung peningkatan kualitas layanan transportasi publik di Ibu Kota.
Anggota Komisi B DPRD Provinsi DKI Jakarta, Muhammad Taufik Zoelkifli (MTZ), menegaskan, kemajuan sistem transportasi Jakarta saat ini patut diapresiasi karena sudah jauh melampaui beberapa kota besar di Asia Tenggara.
Namun dia menganggap, perlu adanya penyempurnaan menuju Jakarta yang lebih efisien dan manusiawi menjelang usia ke-500 tahun.
"Kami di DPRD tentu saja menyerap aspirasi masyarakat, juga dari Dinas Perhubungan dan Transjakarta, untuk terus memperbaiki sistem transportasi Jakarta,"kata Taufik
Menurutnya, berbagai terobosan seperti perluasan jaringan TransJakarta, kehadiran MRT dan LRT, serta integrasi antarmoda telah membawa Jakarta pada level yang lebih tinggi dibanding sejumlah ibu kota di kawasan Asia Tenggara.
"Kalau kita bandingkan, lima tahun lalu transportasi di Kuala Lumpur masih lebih baik dari Jakarta. Tapi sekarang, survei menunjukkan Jakarta sudah melampaui Kuala Lumpur, Bangkok, bahkan Manila," katanya.
"Hanya memang kita masih di bawah Singapura, Tokyo, dan Hong Kong," lanjutnya.
Pernyataan itu menandai optimisme bahwa Jakarta mulai bertransformasi menjadi kota dengan sistem mobilitas publik yang kompetitif di tingkat regional.
Namun, ia mengingatkan bahwa kemajuan ini tidak boleh membuat pemerintah dan BUMD transportasi terlena.
"Ini kemajuan besar, tapi tentu masih harus terus diperbaiki,"tutupnya.

