Tokoh Lintas Agama Serukan Penguatan Harmoni sebagai Fondasi Masa Depan Bangsa
NewsHot
Redaktur: Heru Sulistyono

Dialog Kerukunan Lintas Umat Beragama yang diselenggarakan Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) di Aula HM Rasjidi, Jakarta, pada Sabtu (6/12). Foto : Istimewa/ Kemenag

Jakarta, tvrijakartanews - Tokoh lintas agama di Indonesia kembali menegaskan bahwa memelihara harmoni dalam keberagaman merupakan kunci menjaga masa depan bangsa. 

Dalam acara "Dialog Kerukunan Lintas Umat Beragama" di Jakarta, Mantan Menteri Agama 2014–2019, Lukman Hakim Saifuddin, menekankan bahwa keberagaman merupakan kehendak Tuhan yang tidak dapat dihindari. Menurutnya, konflik kerap muncul karena cara pandang yang ingin menyeragamkan perbedaan.

"Persoalan muncul ketika perbedaan dipersepsikan sebagai ancaman. Padahal, keragaman adalah anugerah yang memperkaya kita dalam menjalani kehidupan," kata Lukman Hakim. Dilansir dari keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (7/12/2025). 

Lukman mengajak umat beragama untuk memandang perbedaan secara positif agar harmoni dapat terus terjaga.

Ketua Komisi KWI, Mgr. Christophorus Tri Harsono, dalam pandangannya menekankan bahwa keberagaman membuat manusia saling membutuhkan. Ia mengingatkan pentingnya dialog teologis, humanis, dan ekologis sebagai rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.

"Kita hanya bisa menuju kebaikan jika berjalan bersama. Semakin seseorang beragama, seharusnya semakin lebih memahami cara pandang sosialnya," kata Tri Harsono. 

Ia juga menegaskan bahwa kerukunan tidak dapat tercapai tanpa keadilan sosial dan kepedulian terhadap lingkungan hidup.

Dari perspektif Khonghucu, Pengurus Pusat MATAKIN, Budi Santoso Tanuwibowo, mengangkat ajaran klasik Meng Ce (Mencius) tentang bahaya pemimpin yang hanya mengejar keuntungan. 

Menurutnya, keserakahan manusia telah memberi dampak serius pada kerusakan lingkungan yang kini memicu bencana di berbagai daerah.

"Kerusakan yang terjadi hari ini adalah reaksi dari tindakan kita. Agama harus bicara tentang manusia dan alam. Kita perlu kembali menjaga keseimbangan hubungan antara Tuhan, manusia, dan semesta," tegas Budi Santoso. 

Ketua Umum PGI, Jackle Vyn Firts Manuputty, menyoroti bencana banjir di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat sebagai momentum yang memperlihatkan solidaritas lintas agama.

"Di tengah bencana, kita bertemu dalam kepedulian. Titik temu kita adalah kemanusiaan dan lingkungan yang rusak," kata Jackle. 

Dengan kesadaran bersama, bahwa merawat kerukunan tidak hanya berarti menjaga hubungan antarumat beragama, tetapi juga memastikan keberlanjutan kehidupan melalui keadilan sosial dan kepedulian ekoteologi.