
BPBD Kabupaten Boyolali dan BPBD Provinsi Jawa Tengah. (Humas BNPB)
Jakarta, trijakartanews - Gunung Merapi meluncurkan awan panas serta hujan abu vulkani ke sejumlah wilayah Jawa Tengah, Minggu (21/1), pukul 14.12 WIB. Berdasarkan laporan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), erupsi Senin (22/1/2024) memiliki Amplitudo max 70mm dengan durasi selama 239.64 detik.
"Jarak luncur maksimal 2400 meter ke Barat Daya. Visual Gunung Merapi dilaporkan berkabut dan arah angin ke Timur," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari di Jakarta, Senin (22/1/2024).
Muhari mengatakan beberapa wilayah di Jawa Tengah seperti di Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten terdampak hujan abu vulkanik imbas dari erupsi Gunung Merapi.
"Tercatat, hujan abu vulkanik melanda seputaran Desa Majengan dan Desa Tegalmulyo di Kabupaten Klaten," ungkapnya.
Dikatakan Muhari, hujan abu vulkanik juga dilaporkan warga Kecamatan Selo dan Kecamatan Cepogo di Kabupaten Boyolali.
"Meskipun demikian, tidak terjadi kepanikan warga karena turunnya hujan abu vulkanik ini," ujarnya.
Sebagai informasi, berdasarkan data Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), awan panas guguran pertama terjadi pada pukul 08.25 WIB. Awan panas tersebut memiliki amplitudo maksimal 62 milimeter (mm), durasi 191,28 detik, dan jarak luncur maksimal 2.000 meter ke barat daya atau menuju Kali Bebeng.
Setelah itu, pada Minggu pukul 13.55 WIB, terjadi awan panas guguran dengan amplitudo maksimal 42 mm, durasi 214,40 detik, dan jarak luncur maksimal 2.000 meter ke arah barat daya atau menuju Kali Bebeng.
Awan panas guguran berikutnya terjadi pada pukul 14:12 WIB dengan amplitudo maksimal 70 mm, durasi 239,64 detik, dan jarak luncur maksimal 2.400 meter ke arah barat daya. Saat dua kali awan panas guguran itu terjadi, visual Gunung Merapi tampak berkabut dan arah angin menuju ke timur.
Setelah itu, pada Minggu pukul 17.19, Merapi kembali meluncurkan awan panas guguran. Awan panas guguran itu memiliki amplitudo maksimal 70 mm, durasi 150 detik, dan jarak luncur maksimal 1.500 meter ke barat daya.