Sensor Cahaya Ponsel dapat Menangkap dan Membuat Gambar dari Interaksi Pengguna dengan Layar
Tekno & SainsNewsHot
Redaktur: TVRI Jakarta Portal Team

Foto: ifl science/ Yang Liu dkk., Kemajuan Sains 2023 ( CC BY-NC 4.0 ) Gambar berpiksel yang direkonstruksi dari gerakan di tablet Android.

Jakarta, tvrijakartanews - Sebagian besar orang menaruh kepercayaan besar pada ponsel mereka. Digunakan untuk melakukan pembayaran, bekerja, bahkan mencatat diary di aplikasi Notes. Namun sayangnya, kegiatan tersebut dapat mengundang kejahatan digital. Sebuah studi baru dari peneliti MIT mengungkapkan bagaimana peretas dapat memanfaatkan sensor cahaya ponsel untuk melacak dan merekonstruksi aktivitas kita.

Dilansir dari ifl science edisi (21/01/2024) sensor cahaya digunakan oleh ponsel untuk mendeteksi tingkat cahaya di sekitar dan menyesuaikan kecerahannya, jika dalam pengaturan penyesuaian otomatis. Meskipun fitur ponsel lainnya memerlukan izin pengguna agar aplikasi dapat mengaksesnya, seperti kamera atau mikrofon, sensor cahaya biasanya tidak memerlukannya. Hal inilah yang diyakini para peneliti dapat dieksploitasi.

Dipimpin oleh Yang Liu, tim di MIT mengembangkan algoritme yang mampu menggunakan variasi yang ditangkap oleh sensor cahaya untuk merekonstruksi gambar interaksi sentuhan seseorang dengan ponselnya, seperti menggulir atau menggeser.

Mereka menguji algoritma tersebut pada tablet Android yang tersedia dalam berbagai skenario, termasuk mendudukkan boneka di depan layar dan menggunakan manekin, potongan karton, atau tangan manusia untuk menyentuhnya, serta melihat apakah algoritme tersebut dapat memilih, dan memperhatikan gerakan saat menonton video. Dalam kondisi apapun, hasilnya menunjukkan bahwa data sensor cahaya dapat digunakan untuk menangkap interaksi dengan layar dan membuat gambar dari interaksi tersebut.

“Ancaman privasi pencitraan ini belum pernah ditunjukkan sebelumnya,” kata Liu dalam sebuah pernyataan .

Hal tersebut terdengar agak mengkhawatirkan, namun ancaman seperti itu masih jauh dari kenyataan. Kecepatan pengambilan gambar dalam penelitian ini hanya satu frame setiap 3,3 menit, cukup lambat sehingga siapa pun yang mencoba mengambil gambar akan kesulitan mengikuti interaksi ponsel Anda secara real-time. Bahkan jika mereka mendapatkan gambar, jika diambil dari video alami, gambarnya bisa sangat buram.

Studi yang dipublikasikan di Science Advances ini menjelaskan, para peneliti menemukan beberapa cara yang dapat membantu mengurangi beberapa potensi risiko. Target utamanya adalah perangkat lunak, mereka merekomendasikan agar akses ke sensor cahaya sekitar dibatasi, dan pengguna harus memberikan izin dengan cara yang sama seperti yang dilakukan pada permintaan kamera atau mikrofon.

Selain itu, peneliti juga menyarankan untuk membatasi kemampuan sensor, menjaga presisi dan kecepatan cukup rendah untuk mencegah gambar beresolusi tinggi, dan juga menempatkan sensor di sisi perangkat yang tidak dapat mendeteksi gerakan yang paling terbuka.