Penutupan Akhir Pekan, Rupiah Menguat Tipis 1 Poin
EkonomiNewsHot
Redaktur: TVRI Jakarta Portal Team

ilustrasi rupiah (freepik)

Jakarta, tvrijakartanews - Nilai tukar rupiah menguat tipis terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan akhir pekan. Rupiah melemah tipis 1 poin atau 0,01 persen.

Dikutip data Bloomberg, Jumat (26/1/2024), rupiah ditutup menguat 1 poin atau setara 0,01 persen ke level Rp15.825 per USD.

Sementara jika mengacu data Yahoo Finance, rupiah menguat 5 poin atau 0,03 persen menjadi Rp15.814 per USD. Pada penutupan perdagangan kemarin rupiah berada di level Rp15.819 per USD.

Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan penguatan rupiah terhadap dolar masih juga masih menunjukan penguatan. Saat ini, pasar tengah menunggu isyarat baru mengenai kebijakan moneter AS, dimulai dengan data indeks harga PCE.

"Alat pengukur inflasi pilihan The Fed yang akan dirilis pada hari Jumat, karena data produk domestik bruto (PDB) kuartal keempat tumbuh lebih dari yang diharapkan," kata Ibrahim kepada wartawan di Jakarta, Jumat (26/1/2024).

Ibrahim menambahkan pembacaan tersebut diperkirakan menegaskan kembali bahwa inflasi tetap keras pada bulan Desember. Inflasi yang stagnan, ditambah dengan meningkatnya tanda-tanda ketahanan perekonomian AS, memberikan ruang bagi The Fed untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama.

"Sedangkan The Fed akan mengadakan pertemuan minggu depan dan diperkirakan akan mempertahankan suku bunganya," ucapnya.

Menurutnya, pasar juga memperkirakan bank sentral akan menahan diri pada pertemuan bulan Maret, membalikkan ekspektasi sebelumnya untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin.

Bank Rakyat Tiongkok secara tak terduga memangkas rasio persyaratan cadangan untuk bank-bank lokal, yang diperkirakan akan mengeluarkan hamper USD140 miliar liquiditas kedalam perekonomian.

"Namun para analis masih mempertanyakan seberapa besar dukungan ekonomi yang akan diberikan melalui stimulus moneter, mengingat Tiongkok sedang bergulat dengan perlambatan parah dalam belanja konsumen dan bisnis," tuturnnya.

Pemulihan ekonomi pasca-Covid juga gagal terwujud pada tahun 2023, dan membuat sebagian besar sentimen terhadap Tiongkok tetap negatif. Fokus saat ini beralih ke data indeks manajer pembelian negara tersebut, yang akan dirilis minggu depan, untuk mengetahui lebih banyak isyarat mengenai perekonomian.

Ekonomi Global Bergejolak

Ibrahim menuturkan ekonomi global terus bergolak akibat memansanya tensi politik baik di timur Tengah maupun Eropa. Namun, Momen Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2024 bisa berdapak positif terhadap pertumbuhan ekonomi atau Produk Domestik Bruto (PDB) di Tanah Air. Hal tersebut ditopang oleh stabilitas politik terjaga dengan baik.

Secara historis, momen pemilu atau pemilihan presiden (Pilres) dan pemilihan legislatif (Pileg) berkontribusi pada pertumbuhan PDB riil pada 1-3 kuartal sebelum dan sesudah pesta demokrasi rakyat biasanya terkonfirmasi beberapa komponen PDB akan naik.

Dikatakan Ibrahim, pertumbuhan tersebut akan didorong oleh konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) untuk persiapan pemilu. Artinya siklus pemilu, nantinya akan tinggi di LNPRT.

"Karena ini lembaga non profit melayani rumah tangga, kebanyakan organisasi masa dan parpol disana walaupun share-nya kecil,” ungkapnya.

Selain itu, uang beredar dalam arti luas (M2) juga akan tumbuh di momen pemilu. Data dari Bank Indonesia (BI) per Desember 2023 meningkat menjad Rp8.824,7 triliun, tumbuh 3,5 persen yoy lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya 3,3 persen yoy.

Dari ukuran money supply, M2 berarti sudah memperhitungkan tabungan, deposito dan dana pasar uang di M2, itu juga confirm pada siklus 5 tahunan memasuki tahapan pemilu dan setelahnya justru sangat positif terhadap ekonomi Indonesia.