Ganjar Bakal Buat Posko Pengaduan Online untuk Tekan Angka Kekerasan Seksual
Cerdas MemilihNewsHot
Redaktur: TVRI Jakarta Portal Team

Capres nomor urut 03, Ganjar Pranowo. Foto TPN Ganjar-Mahfud

Jakarta, tvrijakartanews - Calon presiden nomor urut 03, Ganjar Pranowo menyatakan pihaknya berkomitmen untuk menekan angka kekerasan seksual yang terjadi di masyarakat. Komitmen ini, Ganjar klaim sudah pernah dinyatakan sejak dirinya masih menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah.

Kala itu, Ganjar menyatakan telah menindaklanjuti kasus-kasus kekerasan dan pelecehan seksual dengan cara menginstruksikan dinas berwenang untuk membuat posko pengaduan. Cara ini, bakal Ganjar kembali terapkan saat terpilih sebagai presiden pada 2024.

"Saya punya dinas yang waktu berpraktik dengan sangat bagus sekali. Dia membuat tempat untuk melapor secara khusus ketika terjadi tindakan yang sering mencelakai, termasuk di dalam perempuan dan anak-anak," ujar Ganjar, Senin, 29 Januari 2024

Capres berambut putih itu menjelaskan posko pengaduan yang pernah pihaknya buat itu berupa tempat khusus dan posko pengaduan online guna. Dengan cara itu, pemerintah nisa memberikan rasa aman dan perlindungan untuk para korban.

Dari pengalamannya itu, Ganjar bakal meneruskan upayanya hingga kasus kekerasan dan pelecehan seksual, khususnya di lingkungan pendidikan bisa terhapus. Ia juga menjamin kerahasiaan data masyarakat yang membuat pengaduan tersebut.

"Kami mencoba mem-protect informasi ini tidak boleh dikasih tahu siapapun. Itulah mengapa kami punya shelter shelter yang kita pakai untuk menangani mereka korban-korban kekerasan. Saya pernah mempraktikkan itu, saya pernah mendampingi itu dan biasanya yang seperti ini menjadi sensitif dan diserahkan kepada saya," kata Ganjar.

Dikonfrontasi Upaya Cegah Pelecehan Seksual

Sebelumnya, Ganjar mendapatkan konfrontasi dari aktivis perempuan, Kalis Mardiasih soal upayanya dalam menangani kasus kekerasan seksual. Hal ini Ganjar alami saat menghadiri acara Gelar Tikar Ganjar di Gedung Sido Mukti, Kecamatan Kraton, Yogyakarta, Minggu, 28 Januari 2024.

Pada kesempatan itu, Mardiasih menyampaikan kegelisahannya kekerasan seksual dan pelecehan seksual.

"Saya mau ngomongin soal kekerasan seksual, tadi sudah menstruasi, kehamilan tidak diinginkan dan yang ketiga adalah kekerasan seksual. Itu yang menyebabkan angka perkawinan usia anak meningkat di Indonesia," ujar Mardiasih ke Ganjar.

Dia menyampaikan keresahannya dalam melihat banyaknya kasus kekerasan seksual dan pelecehan seksual, khususnya di dunia pendidikan yang justru pelakunya adalah dari kalangan guru dan tenaga pengajar.

"Setiap hari kalau kita googling, pelaku kekerasan seksual pelaku pelecehan seksual itu pelakunya adalah guru dan tenaga pendidikan setiap hari. Satu guru melecehkan puluhan siswa," keluh Mardiasih.

Kasus tersebut, lanjut Mardiasih, menyebabkan para korban menjadi takut untuk sekolah dan bahkan menimbulkan trauma untuk melanjutkan pendidikannya.

"Mereka memanfaatkan powernya untuk melecehkan anak perempuan. Anak perempuan berangkat ke sekolah takut, anak perempuan berangkat ke sekolah dengan trauma," ungkap Mardiasih.