
Capres nomor urut 3, Ganjar Pranowo. (Foto: Chaerul Halim).
Jakarta, tvrijakartanews - Calon presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo menyoroti adanya benturan antara budaya dengan birokrasi yang menghambat pelaku seni untuk berekspresi.
Padahal, menurut Ganjar, pemerintah seharusnya berperan untuk memfasilitasi para pelaku seni di antaranya penyanyi, filemakers, para pencipta hingga penulis buku, bukan malah membatasinya.
"Kalau benturannya antara budaya dan birokrasi, maka sikap birokrat. Birokrat itu cukup fasilitasi saja dan para pelaku seni, budayawan, dialah yang mengerjakan. Maka budaya akan tumbuh dan pemerintah akan bisa melihat bagaimana proses kreatif itu berjalan," kata Ganjar dalam debat kelima.
Setelah itu, Mantan Gubernur Jawa Tengah itu mengatakan, pemerintah tak perlu takut ketika para pelaku seni menuangkan ekspresinya. Misalnya, ketika pentas budayawan Butet Kartarajasa yang berisikan unsur politik.
Namun, pemerintah justru seharusnya berperan untuk melindunginya.
"Mereka perlu dilindungi, tapi berikan itu kepada mereka agar mereka bisa mengurus sendiri. Kalau lah mereka kemudian berekspresi, pemerintah enggak perlu takut," kata Ganjar.
"Masa takut sama pentasnya Butet, kamu boleh lho pentas tapi enggak usah ngomong politik, enggak. Pemerintah mesti dikritik, Pemerintah mesti waras, pemerintah mesti dalam track dan biarkan mereka mengekspresikan dengan dengan seninya dengan karakternya, dengan budayanya," sambung dia.
Untuk itu, Ganjar berulang kali menekankan bahwa pemerintah sebanarnya cukup memfasilitasi para pelaku seni aja tanpa perlu mencampuri karyanya.
"Kita cukup fasilitasi, mereka yang akan mengerjakan. Birokrasi tinggal duduk untuk melihat hasilnya," imbuh dia.
Sebagai informasi, debat kelima ini mengusung tema Kesejahteraan Sosial, Kebudayaan, Pendidikan, Teknologi Informasi, Kesehatan, Ketenagakerjaan, Sumber Daya Manusia, dan Inklusi.
Debat yang diselenggarakan di Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta Pusat ini diikuti para calon presiden, di antaranya Anies Baswedan, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo.

