Rupiah Melemah 1 Poin terhadap Dolar AS, Neraca Indonesia Perdagangan Surplus USD2,02 Miliar
HotNews
Redaktur: TVRI Jakarta Portal Team

Ilustrasi rupiah. (tvrijakartanews/ John Abimanyu)

Jakarta, tvrijakartanews - Rupiah melemah 1 poin atau 0,01 persen terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan akhir pekan. Meski Rupiah melemah neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar USD2,02 miliar selama 45 bulan.

Dikutip dari Bloomberg, nilai tukar rupiah melemah satu poin atau 0,01 persen di level Rp15.623 per dolar AS. Sedangkan data dari Yahoo Finance, rupiah melemah 1 poin atau 0,00 persen di level Rp15.615 per dolar AS.

Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2024 mencatatkan surplus sebesar USD2,02 miliar selama 45 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

"Surplus neraca perdagangan ini lebih rendah USD1,27 miliar dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan bulan yang sama pada tahun lalu," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (16/2/2024).

Lebih lanjut, Ibrahim mengatakan surplus neraca perdagangan Januari 2024 ditopang oleh surplus neraca komoditas non migas sebesar USD3,32 miliar. Disumbang oleh komoditas bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan/nabati, serta besi dan baja.

"Sedangkan, neraca perdagangan untuk komoditas migas menunjukan defisit sebesar USD1,30 miliar, utamanya komoditas penyumbang defisit yaitu hasil minyak dan minyak mentah," ucapnya.

Sementara itu, tiga negara dengan surplus neraca perdagangan non migas terbesar bagi Indonesia, yaitu India mengalami surplus sebesar USD1,38 miliar, didorong oleh komoditas bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan/nabati, serta bijih, terak dan abu logam.

"Kemudian, Amerika Serikat mengalami surplus sebesar USD1,21 miliar dan Filipina mengalami surplus USD0,63 miliar," tuturnya.

Selain itu, untuk tiga negara yang mengalami defisit terbesar yaitu Tiongkok defisit sebesar USD1,38 miliar dengan komoditas utamanya bahan bakar mineral, bijih logam, terak, dan abu, kemudian logam mulia dan perhiasan atau permata.

"Selanjutnya, Australia mengalami defisit sebesar USD0,43 miliar dan Thailand mengalami defisit sebesar USD0,42 miliar," imbuhnya.