
ILustrasi rupiah. (freepik)
Jakarta, tvrijakartanews - Nilai tukar rupiah tergelincir 29 poin atau 0,19 persen terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan, Selasa (20/2/2024).
Dari Bloomberg, rupiah melemah 29 poin atau 0,19 persen menjadi Rp15.660 per USD. Dari data Yahoo Finance, rupiah melemah 31 poin atau 0,19 persen menjadi Rp15.655 per USD. Sebelumnya, rupiah berada pada posisi Rp15.650 per USD.
Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan para pedagang mulai memperhitungkan kemungkinan penurunan suku bunga lebih awal oleh The Fed setelah serangkaian pembacaan inflasi AS yang lebih tinggi dari perkiraan pada bulan Januari.
"Sementara beberapa pejabat Fed juga memperingatkan agar tidak bertaruh pada penurunan suku bunga lebih awal," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (20/2/2024).
Ibrahim mengatakan risalah pertemuan terakhir The Fed, yang dijadwalkan pada hari Rabu, kemungkinan akan menjadi rilis utama bagi investor minggu ini. Investor memperkirakan penurunan suku bunga The Fed sekitar 90 basis poin tahun ini.
"Menurut perkiraan pasar uang, turun tajam dari sekitar 145 basis poin pada awal Februari," tuturnya.
Di Asia, Bank Rakyat Tiongkok (PBOC) memangkas suku bunga acuan pinjaman lima tahun sebesar 25 basis poin lebih besar dari perkiraan menjadi 3,95 persen, seiring dengan langkah bank tersebut untuk lebih melonggarkan kondisi moneter dan menopang pemulihan ekonomi.
Namun para investor meragukan apakah langkah tersebut akan secara signifikan membantu perekonomian Tiongkok, mengingat suku bunga Tiongkok telah berada pada rekor terendah selama hampir dua tahun.
"Selain kekhawatiran melemahnya perekonomian negara importir komoditas terbesar di dunia ini, Inggris dan Jepang juga memasuki resesi pada akhir tahun 2023, meningkatkan kekhawatiran atas melambatnya pertumbuhan ekonomi global," ucapnya.
Disisi lain, Bank Indonesia (BI) diperkirakan bakal menahan suku kembali referensi alias BI Rate tetap di level 6 persen pada pertemuan 20-21 Februari 2024 lantaran inflasi dalam negeri saat ini tetap dapat terjaga.
"Sedangkan untuk inflasi, info terakhir pada bulan Januari 2024 menunjukkan inflasi tahunan mencapai 2,57 persen alias lebih rendah jika dibandingkan dengan inflasi pada periode yang sama tahun lampau yang mencapai 5,28 persen," tambahnya.
Meskipun, di dua bulan berikutnya ada potensi peningkatan inflasi imbas dari kenaikan nilai beras dan aspek musiman bulan Ramadhan.
"Sementara itu, nilai tukar rupiah mengalami depresiasi di awal tahun, namun memasuki Februari 2024 volatilitas nilai tukar juga sudah mulai menurun," ungkapnya.
Di sepanjang tahun 2024, rupiah diperkirakan bakal menunjukkan stabilitas nilai tukar yang condong menguat, didukung oleh meredanya ketidakpastian global, kecenderungan penurunan imbal hasil (yield) obligasi negara maju, serta penurunan tekanan penguatan dolar AS.
Selain itu, ekonomi Amerika Serikat (AS) dan India tetap kuat berkah konsumsi rumah tangga dan investasi yang terus mendukung. Sedangkan, pertumbuhan ekonomi Tiongkok melambat lantaran konsumsi rumah tangga dan investasi tetap lesu, dipengaruhi oleh pelemahan sektor properti dan keterbatasan stimulus fiskal.