Harga Beras Meroket, Begini Kata Pengamat Penyebab Kenaikan Harga Beras
NewsEkonomiHot
Redaktur: TVRI Jakarta Portal Team

Ilustrasi Beras. (Freepik)

Jakarta, tvrijakartanews - Peneliti Bidang Ekonomi The Indonesian Institute, Center for Public Policy Research (TII), Putu Rusta Adijaya mengatakan bahwa kenaikan harga beras di mayoritas daerah di Indonesia disebabkan oleh perubahan iklim serta penyakit dan hama.

“Kenaikan harga beras di Indonesia itu disebabkan oleh beberapa hal. Faktor utamanya adalah fenomena iklim El Nino yang semakin diperburuk dengan pendidihan global," kata Putu dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (20/2/2024).

Putu menambahkan penyebab kekeringan esktrem sehingga petani di daerah penghasil beras gagal panen. Perubahan iklim yang terakselerasi juga memperparah curah hujan sehingga padi tergenang dan mati.

"Hal ini membuat produksi padi berkurang dan mengurangi suplai di pasar. Kedua, adanya penyakit dan hama yang menyerang tanaman padi menyebabkan rusaknya tanaman padi, gagal panen, yang berujung pada berkurangnya kuantitas produksi beras,” kata Putu dalam keterangan tertulis di Jakarta (20/2/2024).

Putu menilai kenaikan harga beras adalah hasil dari kurangnya ketersediaan beras untuk memenuhi permintaan beras. Saat ini, masyarakat masih sangat tergantung dengan beras sebagai bahan pokok.

"Demand beras yang tinggi ini tidak bisa terpenuhi oleh ketersediaan yang ada. Alhasil, shortage beras ini membuat harga beras makin mahal, karena kuantitasnya sedikit di pasar," ucapnya.

Dikatakan Putu, walaupun mahal, masyarakat juga tetap membelinya karena sangat bergantung pada beras.

"Karena masyarakat sangat butuh, ada potensi penjual bisa mark-up harga,” jelasnya.

Selain itu, Putu juga mengatakan bahwa dampak restriksi ekspor beras India juga memengaruhi ketersediaan beras dalam negeri. Waktu India banned export beras beberapa waktu lalu, kuantitas beras global menurun karena ini. Mau tidak mau dampaknya juga dirasakan oleh Indonesia.

"Memang persentase impor beras kita dari India sedikit, tapi setelah ada ban tersebut, hal ini ikut mengurangi ketersediaan beras dalam negeri juga. Karena susah impor dari India, kita diversifikasi pasar impor ke Thailand dan Pakistan,” ujarnya.

Lebih lanjut, Putu juga melihat faktor kampanye Pemilu 2024 juga menjadi potensi pendorong mahalnya harga beras.

“Kampanye pemilu juga saya lihat sebagai potensi driven factor naiknya harga beras. Sudah kondisi jumlah berasnya sedikit di pasar, berasnya diborong oleh para Caleg untuk tujuan kampanye. Belum lagi program Bansos Pemerintah yang juga gencar di masa kampanye Pemilu 2024 ini. Ya, kuantitasnya di pasar jadi makin berkurang. Demand-nya tadi tetap tinggi, harganya jadi makin mahal,” tuturnya.

Putu pun menghimbau Pemerintah untuk melakukan impor guna menstabilkan harga beras di Tanah Air. Impor beras dapat menjadi langkah jangka pendek saat ini untuk menstabilkan harga beras dan memenuhi kebutuhan beras dalam negeri. Harus ada perhitungan jumlah kuantitas beras impor dan jumlah pengeluaran untuk impor beras.

"Jangan karena impor, nanti semakin menekan defisit neraca perdagangan. Upaya ini juga untuk memenuhi kuantitas dan ketersediaan beras dalam negeri menjelang Ramadhan dan Lebaran 2024," imbuhnya.