Kedewasaan Gibran Dibandingkan Hasto dengan Sopir Truk Penabrak Kendaraan di Halim, TKN: Kurang Elok
NewsPersHotCerdas Memilih
Redaktur: TVRI Jakarta Portal Team

Komandan Tim Kampanye Nasional (TKN) Fanta Prabowo-Gibran, Arief Rosyid Hasan. Foto M Julnis Firmansyah

Jakarta, tvrijakartanews - Komandan Tim Kampanye Nasional (TKN) Fanta Prabowo-Gibran, Arief Rosyid Hasan menyayangkan pernyataan Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP, Hasto Kristiyanto yang membandingkan kedewasaan Gibran Rakabuming Raka dengan sopir truk pelaku tabrak kendaraan di Tol Halim, Jakarta Timur. Menurut Arief, pernyataan Hasto tersebut tidak menunjukan rasa empati kepada para korban.

"Kurang elok menghubungkan musibah orang untuk mencari-cari kaitan yang kurang nyambung dengan konteks politik," kata Arief kepada wartawan, Senin, 1 April 2024.

Menurut Arief, Hasto seharusnya move on dan menyadari bahwa Gibran memang banyak dipilih oleh anak muda. Menurut dia politikus PDIP itu harus beradaptasi dengan kondisi saat ini dan mengubah pola pikir yang cenderung old school.

Selain membawa-bawa soal kecelakaan di Tol Halim, Arief menyebut Hasto juga melontarkan komentar soal penyesalan PDIP memilih sosok Gibran di Pilwalkot Solo pada 2020.

"Sikap seperti ini sangat tidak dewasa dalam politik. Sikap seperti ini yang membuat anak-anak muda apolitis. Kita tahu bersama, saat itu Mas Gibran dan pasangannya menang 225 ribu suara dibanding lawannya hanya 35 ribu suara. Bagaimanapun, kalau bukan karena sosok Mas Gibran, belum tentu PDIP juga mendominasi di Kota Solo," kata Arief.

Pernyataan Hasto yang membanding-bandingkan Gibran dengan sopir truk ini berawal saat dirinya mengingatkan bahwa seorang pemimpin negara harus mempunyai kedewasaan. Hasto menuturkan, untuk menjadi seorang sopir truk saja ada batas usianya, apalagi memimpin negara dengan masalah yang sangat kompleks.

"Karena kedewasaan di dalam mengemban jabatan-jabatan tertentu, untuk sopir truk aja itu berbahaya, apalagi kaitannya dengan mengelola suatu negara sebesar Indonesia dengan problematika yang sangat kompleks," kata Hasto.

Hasto mencontohkan masalah kedewasaan pada suatu pekerjaan sangat penting dengan berkaca pada kecelakaan yang terjadi di Gerbang Tol Halim Perdanakusuma pada Rabu, 27 Maret 2024.

Seperti diketahui, kecelakaan itu terjadi akibat sopir truk yang belum cukup umur dan tidak mempunyai surat izin mengemudi (SIM) berkendara dengan ugal-ugalan. "Kedewasaan di dalam menghadapi problematika di jalan raya belum terjadi, hanya gara-gara menyenggol satu mobil dia lari karena kedewasaannya belum tercapai. Lalu menabrak dan mengena mobil lainnya," kata Hasto.

Ia kemudian mengungkit Putusan MK Nomor 90 Tahun 2023 yang mengubah syarat pencalonan presiden dan wakil presiden sehingga putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka, bisa mencalonkan diri. Padahal, menurut Hasto, Gibran belum cukup punya pengalaman untuk menjadi pemimpin di tingkat nasional yang akan menghadapi beragam problem, mulai dari ekonomi, sosial, geopolitik, hingga kemiskinan.

"Kemudian di tengah-tengah itu muncul suatu tampilan bagaimana seorang anak presiden yang batas usia belum mencukupi, wali kota juga baru dua tahun, kemudian mendapatkan suatu preferensi," ujar dia.