
Pameran UMKM di acara Inacraft 2024. (Tvrijakartanews/ John Abimanyu)
Jakarta, tvrijakartanews - PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memberikan kontribusi sebesar 60,3 persen dari total produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Selain itu, UMKM menyerap 97 persen tenaga kerja dan menyediakan 99 persen lapangan kerja di Indonesia.
"Kami fokus dalam memberdayakan dan membangkitkan aktivitas pelaku UMKM pada saat pandemi menjadi motor kinerja keuangan BRI pada saat itu," kata Direktur Utama PT Persero Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Sunarso dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (1/4/2024).
Sunarso menilai kebijakan stimulus restrukturisasi kredit dampak Covid-19 berhasil menyelamatkan sebagian sebagian besar bisnis UMKM. Hal ini disambut baik atas atas berakhirnya kebijakan itu.
“BRI juga telah menerapkan langkah antisipatif merespons berakhirnya relaksasi restrukturisasi kredit dampak COVID-19 pada bulan Maret 2023, di mana BRI telah menyiapkan soft landing strategy,” ujarnya.
Menurutnya, sejak awal pandemi terjadi, pihaknya telah mengambil langkah strategis untuk melakukan penyelamatan terhadap UMKM yang memiliki peranan krusial terhadap perekonomian Indonesia.
Perseroan mencatat, BRI sendiri secara internal sudah tidak menggunakan kebijakan restrukturisasi kredit COVID-19 sejak tahun lalu sebagai upaya untuk penerapan prudential banking.
Sunarso optimistis, relaksasi tersebut juga tidak akan berdampak signifikan pada kinerja kualitas kredit maupun kinerja keuangan BRI secara umum.
Sebagai antisipasi risiko, BRI juga tetap mengimbangi dengan melakukan pencadangan yang memadai. Tercatat hingga akhir Desember 2022, NPL Coverage BRI berada di level 305,73 persen.
Cadangan tersebut digunakan untuk melakukan penghapusbukuan kredit UMKM yang benar-benar sudah tidak bisa direstrukturisasi lagi. Sehingga, pada Desember 2023 NPL Coverage turun di level 229,09 persen namun cadangan tersebut masih sangat memadai apabila terjadi pemburukan.
Sebelumnya pada Februari lalu, Sunarso mengatakan bahwa outstanding kredit restrukturisasi COVID-19 per Desember 2023 telah turun menjadi Rp54,5 triliun dari Rp107,2 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
“Apabila dihitung dari puncaknya, sebesar Rp210 triliun itu sudah keluar dari status restrukturisasi sehingga sekarang outstanding-nya tinggal Rp54 triliun,” imbuhnya.
Seperti diketahui, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) resmi menghentikan restrukturisasi kredit pada Minggu (31/3), sejalan dengan kondisi perbankan Indonesia saat ini yang memiliki daya tahan kuat.

