Flu Singapura pada Anak di Indonesia Timbulkan Kekhawatiran, Ini Cara Mengatasinya Menurut Ahli!
NewsHotTekno & Sains
Redaktur: TVRI Jakarta Portal Team

Foto: ilustrasi anak sakit flu/freepik

Jakarta, tvrijakartanews - Merebaknya kasus Flu Singapura di Indonesia menimbulkan kekhawatiran bagi para orangtua dan anak, apalagi karena penyakit ini lebih sering menyerang anak-anak dibawah usia 10 tahun, terutama balita.

Prof. Dr. dr. Edi Hartoyo, Sp.A (K), Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) infeksi penyakit tropic IDAI, menjelaskan bahwa pencegahan flu Singapura dapat dilakukan dengan cara menjaga higiene & sanitasi lingkungan maupun perorangan, seperti mencuci tangan setelah berinteraksi dengan penderita dan desinfeksi peralatan makan, mainan, handuk yang mungkin terkontaminasi, serta asupan gizi yang baik.

“Karena penularannya lewat droplet, kontak, maka hampir sama dengan covid, jadi menjaga sanitasi baik diri sendiri maupun lingkungan, cuci tangan setelah  berinteraksi dengan penderita, memegang alat misalnya gelasnya, alat lainnya karna bisa nempel, kemudian tadi alat-alat makannya, peralatan makannya, mainannya, handuknya mungkin harus didisinfensi atau dicuci yang bersih, yang ketiga penting lagi jangan lupa nutrisi yang baik akan mempercepat kesembuhan, karena dengan nutrisi yang baik maka daya tahan tubuh akan naik virus akan bisa sembuh sendiri tanpa harus pengobatan yang spesifik,” jelas dr. Edi dalam diskusi daring yang diikuti, Selasa, (02/04/2024).

Untuk mendeteksi adanya virus dapat dilakukan pengambilan sampel pada tinja, usap rektal, cairan serebrospinal, dan usap/swab ulcus di mulut/tenggorokan, vesikel di kulit specimen atau biopsy otak. Diagnosa penyakit ini melalui pemeriksaan fisik. Pemeriksaan tambahan seperti swab tenggorokan dan fases dilakukan untuk mendeteksi adanya wirus ini. Sementara diagnosis banding yang hampir mirip dengan flu Singapure ini yaitu, herpetic gingivostomatitis, sariawan, scabies, chickenpox (varicella), measles, dan rubella.

“Yang sangat mirip dengan cacar air, stomatitis/ herpetic gingivostomatitis ini hampir sangat mirip sehingga perlu dibedakan, karena obatnya beda,” kata dr. Edi.

Masa penularan virus flu Singapura sekitar 3-5 hari, karena belum ada terapi spesifik yang artinya antivirusnya belum ada, dokter menyarankan beberapa tatalaksana untuk mepercepat proses penyembuhan. Tatalaksana tersebut seperti, istirahat yang cukup, pengobatan spesifik (terapi simtomatik sesuai gejala klinis-antiseptik untuk daerah mulut, analgesic), immunoglobulin IV (IGIV) pada pasien imunokompromis atau neonates, extracorporeal membrane oxygenation, intake oral cairan (cegah dehidrasi), dan gizi yang mencukupi.

Lebih lanjut, dr. Edi menyebut bahwa mudik berpotensi memperluas penularan apalagi jika menggunakan transportasi umum. Beberapa tips yang dapat diterapkan yaitu, jika mengalami gejala disarankan untuk isolasi selam 5-6 hari, tidak sampai 2 minnggu, menaikkan daya tahan tubuh, istirahat, minum cukup air, serta hindari kontak dengan penderita virus Singapora.

Sebagai informasi, flu Singapura sendiri merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh paparan virus. Secara medis, kondisi ini juga dikenal dengan sebutan hand, foot, and mouth disease (HFMD).