Tempat Wisata Utama di Haiti Sepi Pengunjung Akibat Meningkatnya Kekerasan
NewsHot
Redaktur: TVRI Jakarta Portal Team

Foto: reuters

Jakarta, tvrijakartanews - Tempat-tempat wisata utama di Haiti, mulai dari benteng Citadelle Laferriere hingga pantai Labadee, menjadi sunyi sepi setelah gelombang kekerasan melanda negara Karibia tersebut. Bertengger di puncak gunung Bonnet a L'Eveque, benteng Laferriere di utara negara itu, turis lokal berjalan di tengah-tengah bola meriam yang berusia berabad-abad.

“Sebagian besar kekerasan yang kita lihat terjadi di ibu kota, Port-au-Prince, dan di beberapa provinsi sekitarnya. Itu tidak berarti bahwa kekerasan tersebut tidak berdampak pada seluruh negeri, Tentu saja, salah satu dampak besar dari semua hal ini adalah kurangnya pergerakan, baik manusia maupun barang Hal ini benar-benar dirasakan tidak hanya di ibu kota, tapi juga di seluruh negeri,” ungkap Jake Jonhston dari Asosiasi Penelitian Senior di pusat penelitian ekonomi dan kebijakan di Washington DC dilansir dari reuters edisi Sabtu, (27/04/2024).

Namun, pariwisata asing, yang pernah tertarik dengan nilai sejarahnya setelah ditetapkan sebagai situs Warisan Dunia UNESCO, kini mengalami penurunan popularitas di tengah meningkatnya kontrol geng yang telah menjerumuskan jutaan orang ke dalam krisis kemanusiaan.

Evans Chamble, seorang pemandu wisata di benteng tersebut, mengatakan pada hari Jumat (26/04) bahwa turis asing tidak lagi terlihat di sana karena gelombang kekerasan.

“Kami akan bekerja jika turis Amerika, Kuba, Prancis, dan Dominika datang. Tapi jika orang tidak datang, tidak ada pekerjaan. Orang-orang tidak datang karena gelombang kekerasan,” kata Evans.

Dalam vidio yang diunggah reuters, rekaman drone di resor dan pantai kosong di Labadee, sebuah pelabuhan di pantai utara Hispaniola menunjukkan tepi pantai sepi pada Kamis (25 April) dan puluhan perahu serta jet ski diparkir di pelabuhan.

Pada bulan Maret, perusahaan pelayaran Royal Caribbean menghentikan pemberhentian di Labadee, sebuah resor swasta di Haiti utara. Perusahaan tersebut memiliki sebuah resor di kawasan itu, yang terletak sekitar 206 kilometer (128 mil) di utara Port-au-Prince, ibu kota Haiti. Sementara beberapa pemerintah telah mengeluarkan peringatan “jangan bepergian” ke Haiti.

Negara ini telah mengalami peningkatan kekerasan geng sejak bulan Februari. Ibu kota Port-au-Prince telah terputus dari jalur maritim dan udara sementara aliansi geng yang dipersenjatai dengan senjata yang sebagian besar diperdagangkan dari Amerika Serikat telah memperkuat kendali mereka.

“Sebagian besar kekerasan yang kita lihat terjadi di ibu kota, Port-au-Prince, dan di beberapa provinsi sekitarnya. Itu tidak berarti bahwa kekerasan tersebut tidak berdampak pada seluruh negeri, Tentu saja, salah satu dampak besar dari semua hal ini adalah kurangnya pergerakan, baik manusia maupun barang Hal ini benar-benar dirasakan tidak hanya di ibu kota, tapi juga di seluruh negeri,” imbuh Jonhston.