
Nasi bakar sumsum "depan Polres", jadi sajian kuliner yang laris khas Serang, Banten / Foto: Dimas Yuga Pratama
Banten, tvrijakartanews - Salah satu sajian kuliner khas Kota Serang, Banten yang wajib dicoba yakni Nasi Bakar Sumsum.
Nasi bakar sumsum adalah sajian makanan nasi yang diisi dengan sumsum tulang sapi atau kerbau yang dibalut dengan daun pisang yang kemudian dibakar.
Dalam penyajiannya, nasi bakar sumsum adalah hidangan yang memadukan cita rasa tradisional dan kreativitas.
Kombinasi nasi, sumsum tulang sapi atau kerbau dan bumbu-bumbu yang unik menciptakan pengalaman kuliner yang unik yang tentunya menggugah selera.
Salah satu penjual nasi bakar sumsum "Depan Polres", Linda mengatakan, nasi bakar sumsum merupakan salah satu sajian kuliner khas Serang Banten yang bisa juga dijadikan buah tangan.
"Makanan tradisional masuknya, makanan khas ya. Kan kalah orang biasanya kalau berkunjung kemana, oleh olehnya apa, kaya gitu. Nah di serang, salah satunya ini nasi bakar sumsum, terus sate bandeng. Seperti itu," katanya kepada tvrijakartanews.com, Selasa 14 Mei 2024.
Dengan memiliki cita rasa yang unik, setiap harinya ratusan porsi nasi bakar sumsum terjual di lapaknya.
"Setiap hari rata rata abis 100 porsi, kalau malam sabtu, minggu, senin, itu bisa lebih dari 100," bebernya.
Berlokasi dijalan A Yani, Cipare, Kota Serang Banten, Linda mematok harga nasi bakar sumsum Rp 24 ribu per porsi.
Menurutnya, sajian sumsum yang diolah berasal dari tulang sumsum kerbau ataupun sapi.
"Sumsum nya sumsum kerbau, dalaman tulang. Kalau tidak ada kerbau, ya sapi," tandasnya.
"Kalau sapi itu, dibakar kadang kadang cair ya. Berminyak. Kalau kerbau, dibakar tetap utuh," sambungnya.
Asal-usul Nasi Bakar Sumsum
Dikutip dari berbagai sumber, nasi bakar sumsum menjadi makanan khas Serang Banten sejak tahun 1941 silam.
Berawal dari seorang tukang potong hewan di daerah Serang, melihat sisa-sisa tulang yang menilai mubazir untuk dibiarkan. Tulang itu pun dibawa pulang.
Ternyata tulang yang dibawanya kembali mampu memikat seorang pembeli untuk menggunakannya. Tulang-tulang tersebut dipecah menjadi beberapa bagian untuk memudahkan penjualan. Di dalam tulang ada sumsum yang tidak terpakai, sehingga tukang jagal membuangnya.
Kemudian, Ia mendapatkan ide untuk mencampurkan sumsum dengan nasi dan membakarnya. Hal ini menjadi kebiasaan yang akhirnya diperjual-belikan dan menjadi salah satu jajanan khas Kota Serang.