Foto : Dokumentasi Istimewa. Aktivitas fogging kerap dilakukan saat ada temuan kasus demam berdarah
Tangerang, tvrijakartanews - Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia hingga awal Maret 2024 lalu diketahuo sudah tembus 16 ribu kasus. Jumlah ini jauh meningkat tajam sebanyak 130,3 persen dibanding data tahun lalu. Salah satu upaya pencegahan yang kerap dilakukan adalah fogging atau pengasapan obat untuk membunuh nyamuk.
Meski demikian, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangerang menekankan bahwa, fogging untuk membasmi nyamuk Aedes Aegypti bukanlah langkah terakhir yang mutlak atau bukan solusi utama. Perlu adanya upaya lain untuk mencegah nyamuk berkembang biak.
“Penting bagi masyarakat Kota Tangerang untuk memahami bahwa tidak semua situasi memerlukan fogging. Terlalu sering, permintaan fogging muncul ketika ada kasus DBD, padahal tanpa tindakan lain seperti pencegahan sanitasi lingkungan, fogging hanya akan membunuh nyamuk dewasa tanpa mempengaruhi jentik dan telur nyamuk,” ungkap Kepala Dinkes Kota Tangerang Dini Anggraeni, Kamis (16/5/2024).
Fogging memang dapat membantu membunuh nyamuk Aedes Aegypti dewasa, namun efeknya hanya sementara dan tidak efektif untuk mencegah DBD secara menyeluruh. Tak hanya itu, asap fogging juga berpengaruh terhadap kesehatan.
“Bisa dikatakan, fogging hanya menciptakan rasa aman secara palsu di kalangan masyarakat dan mengalihkan perhatian dari tindakan pencegahan DBD. Sebenarnya lebih efektif, yakni 3M Plus dan PHBS. Fogging hanyalah cara untuk menenangkan masyarakat dengan mengorbankan kesehatan lainnya,” kata dr. Dini.
Adapun cara efektif untuk mencegah penularan DBD bisa dilakukan secara mandiri dari rumah, dengan melakukan 3M plus, yaitu Menguras dan menutup tempat penampungan air. Mengubur barang bekas yang dapat menampung air hujan. Plus, meletakkan abate atau larvasida di tempat penampungan air, atau memelihara ikan pemakan jentik, dan menanam tanaman pengusir nyamuk.