Penampakan pesawat Garuda Indonesia yang terbakar saat mengangkut rombongan jamaah haji Embarkasih Makassar. (Foto: Istimewa).
Jakarta, tvrijakartanews - Kementerian Agama menyebut Garuda Indonesia telah gagal dalam melayani jemaah haji lantaran maskapai pelat merah itu banyak permasalahan dalam pelayanan penerbangan.
Juru Bicara Kementerian Agama Anna Hasbie mengatakan, pihaknya telah mencatat berbagai permasalahan Maskapai Garuda Indonesia, mulai dari kerusakan mesin pesawat hingga keterlambatan penerbangan yang berdampak terpecahnya kelompok terbang (kloter) jamaah haji.
Karena hal itu, Kemenag tampak geram sehingga menyampaikan teguran tertulis untuk Managemen Garuda Indonesia.
"Kami mencatat banyak persoalan yang terjadi dalam sepekan terakhir penerbangan jemaah haji Indonesia. Kami melihat performa Garuda Indonesia tahun ini sangat buruk. Kami sudah sampaikan teguran tertulis, tapi belum ada perbaikan signifikan," tegas Anna Hasbie di Jakarta, Rabu (24/5/2024).
"Kami melihat manajemen garuda gagal dalam memberikan layanan terbaik untuk jamaah haji," tambah dia.
Anna menjelaskan, pihaknya mencatat ada sejumlah persoalan pada penerbangan jemaah haji Indonesia yang sudah berlangsung sejak 12 Mei 2024.
Pertama, kerusakan mesin pesawat yang terjadi di Embarkasi Makassar. Sayap kanan pesawat Garuda Indonesia itu mengeluarkan api pada saat take off penerbangan jemaah kloter lima Embarkasi Makassar UPG-05.
“Kondisi ini berdampak domino pada keterlambatan sejumlah penerbangan setelahnya,” sebut Anna.
Kedua, keterlambatan penerbangan atau ontime performance (OTP) Garuda Indonesia yang sangat buruk. Menurut Kemenag, persentase keterlambatan keberangkatan pesawat Garuda Indonesia sangat tinggi, yakni mencapai 47,5 persen.
“Dari 80 penerbangan, 38 di antaranya mengalami keterlambatan. Bahkan ada keterlambatan sampai 3 jam 50 menit. Kalau ditotal, keterlambatan itu mencapai 32 jam 24 menit. Ini tentu sangat disayangkan,” tegas Anna.
Ketiga, perencanaan Garuda Indonesia juga meleset sehingga keberangkatan kloter jamaah haji terpecah.
Anna menjelaskan, pecah kloter yang awalnya diperkirakan hanya akan terjadi satu kali, ternyata terjadi beberapa kali. Salah satunya, terpecahnya kloter UPG-06 karena Garuda tidak bisa menggantikan pesawat yang mesinnya rusak dengan jenis pesawat yang sama.
“Kami mencatat sampai hari ini sudah ada empat penerbangan yang pecah kloter. Maksudnya, satu kloter jemaah tidak bisa diterbangkan secara bersama-sama,” kata dia.
“Potensi ini masih bisa bertambah jika tidak dimitigasi dengan baik karena masa penerbangan jemaah ke Tanah Suci masih akan berlangsung hingga 10 Juni mendatang,” tambah Anna.
Keempat, tas kabin dan kursi roda jemaah tidak terbawa. Peristiwa ini dialami oleh penerbangan jemaah kloter 28 Embarkasi Solo (SOC 28).
Anna menambahkan, ada 11 kursi roda dan 120 koper kabin yang tidak terangkut. Akibatnya, jemaah dan petugas mencari-cari setelah mereka mendarat di Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA) Madinah.
Menurut Anna, peristiwa itu bahkan tidak ada informasi dari Garuda. Padahal petugas haji sudah pontang-panting terus mencarinya.
Namun, belakangan baru diketehui bahwa 11 kursi roda dan 120 koper kabin yang tidak terbawa ternyata diterbangkan bersama pesawat yang memberangkatkan kloter 33 Embarkasi Solo atau SOC 33.
“Ini jelas merugikan jemaah SOC 28. Garuda harus meminta maaf dan memberikan kompensasi langsung kepada jemaaah. Garuda harus segera melakukan perbaikan ke depan,” imbuhnya.