Ilustrasi rupiah. (Tvrijakartanews/ John Abimanyu)
Jakarta, tvrijakartanews - Nilai tukar rupiah mengalami penguatan 10 poin atau 0,06 persen terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan, Selasa (4/6/2024). Hal ini disebabkan penurunan suku bunga karena data AS melemah dan dolar merosot.
Berdasarkan data Bloomberg, mata uang rupiah menguat 0,06 persen ke level Rp16.220 dolar (AS). Sedangkan data Yahoo Finance melansir mata uang rupiah naik 0,06 persen ke level Rp16.215 dolar AS.
Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan harapan penurunan suku bunga tumbuh karena data AS yang lemah dan dolar merosot.
"Para pedagang memperkirakan peluang sebesar 52,1 persen untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan September, naik dari ekspektasi kemarin mengenai peluang sebesar 47 psersen," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (4/6/2024).
Ibrahim mengatakan Alat CME Fedwatch menunjukkan pada hari Selasa. Pergeseran ekspektasi ini terjadi setelah data indeks manajer pembelian menunjukkan pada hari Senin bahwa aktivitas manufaktur AS menyusut untuk bulan kedua berturut-turut di bulan Mei.
Menurutnya, data PMI, yang dirilis hanya beberapa hari setelah data produk domestik bruto (PDB) melemah, mendorong spekulasi bahwa perekonomian AS sedang melemah, yang dapat menandakan inflasi yang lebih rendah dan memberikan kepercayaan lebih kepada Federal Reserve untuk mulai memangkas suku bunga.
"Gagasan ini membuat dolar tenggelam ke posisi terendah dua bulan pada hari Senin (3/6/2024)," tuturnya.
Dikatakannya, pertemuan kebijakan The Fed berikutnya akan berakhir pada 12 Juni, ketika data harga konsumen juga akan dirilis. Para pedagang dan analis tidak melihat adanya risiko perubahan kebijakan pada pertemuan tersebut, namun para pejabat akan memperbarui proyeksi ekonomi dan suku bunga mereka.
Selain itu, kata Ibrahim, Bank Sentral Eropa (ECB) telah menyampaikan pesan bahwa para pembuat kebijakan akan menurunkan suku bunga pada pertemuan mereka.
"Namun kenaikan inflasi pada data minggu lalu mungkin membuat para pejabat berhenti sejenak ketika mempertimbangkan kapan pelonggaran berikutnya akan dilakukan," tambahnya.
Dari dalam negeri, Ekonomi Indonesia tetap sehat didukung oleh konsumsi dalam negeri yang kuat. Sebelumnya, produk domestik bruto (PDB) kuartal I-2024 Indonesia menunjukkan pertumbuhan berada di level 5,1 persen secara tahunan.
"Angka tersebut tercapai berkah konsumsi domestik, meskipun investasi dan ekspor sedikit melemah. Bidang jasa layanan adalah titik cerah yang ditopang oleh pariwisata," ungkapnya.
Memasuki semester kedua tahun 2024, pertumbuhan ekonomi bakal didukung oleh pertumbuhan angsuran yang kuat dengan adanya pengaruh penanaman modal asing dan pengeluaran infrastruktur.
"Ekonomi Indonesia diperkirakan mampu tumbuh 5,2 persen di 2024, lebih tinggi dari 5 persen pada 2023," paparnya.
Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) mengejutkan banyak pihak dengan menaikan suku bunga acuan di bulan April menjadi sebesar 6,25 persen untuk mengatasi pelemahan rupiah dan inflasi yang kembali sedikit mengalami kenaikan.
Saat ini juga muncul ketidakpastian bank Indonesia akan kembali menaikan suku bunga, kalau rupiah terus melemah. Oleh karena itu, BI menunda waktu untuk pemangkasan suku bunga pertama untuk BI-Rate dan kemungkinan di kuartal keempat 2024 baru akan menurunkan suku bunga.
"BI sepertinya bakal tetap berhati-hati untuk memangkas bunga, dan memilih untuk menunggu langkah dari bank sentral Amerika Serikat (AS) alias The Fed. Sedangkan pemangkasan suku kembang di AS bakal terjadi di September 2024," imbuhnya.
Dalam perdagangan akhir pekani, mata uang rupiah ditutup menguat 10 point walaupun sebelumnya sempat menguat 25 point dan melemah 10 point dilevel Rp16.220 dari penutupan sebelumnya di level Rp 16.230.
Ibrahim memprediksikan perdagangan senin depan mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp16.180 - Rp16.260.