Di Tengah Tensi Geopolitik, OJK Sebut Sektor Keuangan Nasional Tetap Stabil
EkonomiNewsHot
Redaktur: TVRI Jakarta Portal Team

Ketua Komisioner Dewan Komisioner (DK) Otoritas Jasa keuangan (OJK) Mahendra Siregar menggelar konferensi pers daring. (Tangkap layar YouTube OJK)

Jakarta, tvrijakartanews - Ketua Komisioner Dewan Komisioner (DK) Otoritas Jasa keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengatakan sektor keuangan nasional tetap stabil. Meski kondisi ketidakpastian global akibat tensi geopolitik.

"Sektor jasa keuangan terjaga stabil yang didukung oleh tingkat permodalan yang kuat dan likuiditas memadai di tengah ketidakpastian global akibat masih tingginya tensi geopolitik, potensi meluasnya perang dagang serta kinerja perekonomian global yang masih di bawah ekspektasi," kata Mahendra dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Komisioner OJK Bulan Mei 2024 melalui daring di Jakarta, Senin (10/6/2024).

Mahendra menambahkan saat ini perekonomian domestik, mengalami pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2024 lebih tinggi dari ekspektasi pasar, yang didorong oleh pengeluaran pemerintah dan Lembaga Nonprofit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT).

"Hal ini sejalan dengan periode pemilihan umum (pemilu), kebijakan kenaikan gaji dan pembayaran tunjangan hari raya (THR) aparatur sipil negara (ASN) atau pensiunan serta periode Ramadhan dan Lebaran," ujarnya.

Menurutnya, tensi perang dagang kembali meningkat akibat kenaikan tarif Amerika Serikat dan beberapa negara Amerika Latin terhadap produk-produk dari Tiongkok baik produk green technology maupun besi baja.

Selain itu, Di Amerika Serikat, tekanan inflasi kembali mereda di tengah moderasi pasar tenaga kerja dan kinerja sektor riil.

"Sehingga mendorong redanya tekanan di pasar keuangan global," ucapnya.

Sementara otoritas moneter di Eropa diperkirakan akan lebih akomodatif untuk mendorong perekonomian yang lemah di tengah tingkat inflasi yang terus mereda.

Di Tiongkok, dalam menyikapi indikasi masih melemahnya kinerja perekonomian, bank sentral mengambil langkah akomodatif sejalan dengan pemerintahnya yang menerbitkan insentif fiskal yang agresif yang dibiayai oleh penerbitan special long term bond atau obligasi pemerintah khusus jangka panjang sebesar 1 triliun yuan Tiongkok atau sekitar 138 miliar dolar AS.