
Foto: Chokniti-Studio/Shutterstock.com
Jakarta, tvrijakartanews - Dengan kenyataan perubahan iklim yang mendorong masyarakat untuk mempertimbangkan alternatif pengganti bahan bakar fosil, sumber energi terbarukan yang potensial telah muncul dalam bentuk yang tidak biasa yakni dari alga.
Kelompok organisme yang sangat beragam, alga juga melakukan fotosintesis, artinya mereka menggunakan sinar matahari, air, dan karbon untuk menghasilkan oksigen dan energi. Jika para ilmuwan mampu memanfaatkan proses tersebut, hal ini berpotensi menghasilkan tidak hanya sumber energi baru terbarukan, namun juga sumber energi yang dapat menghilangkan karbon dioksida.
Baru-baru ini para peneliti dari Optical-Bio Microsystems Lab di Concordia University menemukan proses tersebut.
“Fotosintesis menghasilkan oksigen dan elektron. Model kami menjebak elektron, sehingga memungkinkan kami menghasilkan listrik,” kata Kirankumar Kuruvinashetti, penulis pertama studi yang menjelaskan temuan tersebut dikutip IFL Science.
Model yang dimaksud dikenal sebagai sel daya fotosintesis mikro, atau µPSC. Ini terdiri dari dua ruang, satu anoda dan yang lainnya katoda, masing-masing berukuran hanya 2 sentimeter kali 2 sentimeter dan tebalnya hanya 4 milimeter dan dipisahkan oleh membran yang dirancang khusus.
Alga tersuspensi dalam larutan di ruang anoda dan setelah berfotosintesis, mereka mulai melepaskan elektron, yang ditangkap oleh mikroelektroda yang berjalan di kedua sisi membran. Mikroelektroda menghantarkan elektron, menghasilkan arus.
Saat ini, pembangkit listrik tidak cukup untuk bersaing dengan sumber energi terbarukan lainnya, seperti sel fotovoltaik, meskipun pembangkit listrik tersebut cukup untuk perangkat berdaya rendah dan sangat rendah. Namun para peneliti percaya bahwa proses tersebut masih memiliki banyak potensi, dan hal ini terjadi dalam tiga hal utama.
Pertama, ini akan menjadi sumber energi yang “bersih”. Proses ini tidak hanya tidak menghasilkan karbon apa pun, tetapi “ini adalah teknologi emisi karbon negatif : ia menyerap karbon dioksida dari atmosfer dan memberi Anda arus listrik. Produk sampingannya hanyalah air,” jelas Kuruvinashetti.
Studi yang dipublikasikan di Energies menuliskan bahwa metode tersebut juga tidak memerlukan sinar matahari langsung untuk dapat bekerja, meskipun intensitasnya akan berkurang jika dilakukan.
Para peneliti juga percaya bahwa penggunaan alga dengan cara ini lebih aman dan berkelanjutan dibandingkan beberapa proses produksi energi terbarukan lainnya yang sudah ada.
“Sistem kami tidak menggunakan gas berbahaya atau serat mikro apa pun yang diperlukan untuk teknologi fabrikasi silikon yang diandalkan oleh sel fotovoltaik,” kata penulis terkait, Muthukumaran Packirisamy.
“Lagi pula, membuang chip komputer silikon tidaklah mudah. Kami menggunakan polimer biokompatibel, sehingga keseluruhan sistem mudah terurai dan sangat murah untuk diproduksi," tuturnya.